Lebih Tahu

Ketika Pria Tak Bisa Menyetir

Entah siapa memulai dan kapan dimulainya, tapi konsep bahwa laki-laki harus bisa menyetir jadi sesuatu yang dianggap lazim. Konon, alasannya sesederhana bahwa pria harus jadi sosok yang bisa diandalkan. Dan menyetir adalah salah satu pengejawantahannya.

Para wanita yang sempat ditemui yomamen bahkan mengajukan syarat kemampuan menyetir ketika mereka memilih pasangan. Menariknya mereka tidak mensyaratkan kepemilikan kendaraan bermotor. Cukup hanya bisa menyetir, punya atau tidak mobil itu soal belakang.

Stigma terhadap mereka yang tak bisa menyetir ini memang tak bisa dianggap main-main. Menurut pengakuan beberapa pria, meski lewat bahasa setengah bercanda, mereka yang tidak bisa menyetir ini kerap disindir “kurang laki-laki”. Bahkan orang sekelilingnya begitu gemasnya ingin mengajak mereka bisa menyetir. Dan mereka pun kerap dianggap abnormal.

Tapi kenapa pemikiran tersebut bisa muncul? Apa ini bagian dari produk modernitas? Nyatanya tuntutan akan kendaraan ini justru sudah muncul jauh sebelum teknologi datang. Walaupun tentu saja bentuknya tidak berupa mobil.

Mari kita tengok sejenak budaya Jawa misalnya yang memiliki mayoritas penduduk Indonesia. Memang tak langsung disinggung mengenai kemampuan menyetir. Namun, keberhasilan seorang pria diukur dari 5 hal yang disebut klanengan. Klangenan itu sendiri terdiri dari wisma (rumah), curiga (senjata), turangga (kuda), kukila (burung) dan wanita (perempuan).

Memang tidak disebut bahawa seorang laki-laki harus bisa mengendarai turangga alias kuda. Namun secara jelas disebutkan kepemilikan turangga adalah cermin keberhasilan. Dan dimasanya dahulu, turangga adalah kendaraan utama. Para pria diharapkan bisa melesatkan pasangannya jika keadaan memerlukan demikian.

mengemudi

Konsep-konsep turangga dan menunggangi kuda macam inilah yang bisa jadi kemudian diserap secara serampangan oleh masyarakat modern dan memposisikan pria harus bisa menyetir. Mereka yang memilih (atau terpaksa) tidak menyetir seolah terpinggirkan dengan pemikiran ini.

Pemikiran ini makin tumbuh subur akibat ketidakmampuan pemerintah menyediakan transportasi umum yang layak. Tak heran jika ajakan untuk menggunakan transportasi umum masih dilihat setengah hati. Masyarakat jadi harus kreatif untuk bisa menciptakan moda transportasinya sendiri. Dari sini kemudian, beban penyediaan transportasi ini diletakan pada kaum laki-laki.

Sedemikian kuatnya dorongan “keharusan” pria untuk bisa menyetir, akhirnya menyuburkan peluang usaha sekolah menyetir. Tak terhitung banyaknya sekolah mengemudi yang muncul dan mengklaim diri mampu membuat para pria berkuasa dibalik setir mobilnya.

Sayangnya lembaga pengajaran ini hanya berkutat di soal teknis mengemudi. Dan seolah mengamini bahwa pria harus lah bisa menyetir, seluruh sekolah ini berlomba-lomba meluluskan siswanya ke jalananan sesegera mungkin. Jarang ada lembaga sejenis ini yang tidak meloloskan siswanya karena belum mampu.

Menurut pengamatan Momon S. Maderoni, konsultan mengemudi dari Indonesia SmartDrive Driving Consulting (ISDC), kebanyakan sekolah mengemudi hanya membekali keterampilan membawa tapi bukan mengendarai mobil.

“Membawa mobil bisa dilakukan semua orang yang sudah mampu mengoperasikan setir, pedal gas, kopling dan rem. Tetapi pengertian mengemudi mobil, seseorang mesti paham soal posisi duduk, cara mengolah kemudi, teknik mengerem dan paham karakter atau fitur dari mobil yang dikendarainya,” papar Momon.

Ini bukti bahwa aktivitas mengemudi bukanlah sesuatu yang main-main. Butuh keseriusan dan tanggung jawab besar untuk berada dibalik kemudi. Boleh saja kelompok sosial menekan sobat Yomamen untuk lekas-lekas bisa menyetir, tapi apa gunanya jika akhirnya membahayakan jiwa sendiri dan orang lain?

Click to comment

0 Comments

  1. Pingback: Anggara Suwahju, Serius Mengajak Orang Meninggalkan Mobil Pribadi

  2. Pingback: Olah Pikir Para Pria Yang Tak Bisa Menyetir

  3. Pingback: Laki-laki Yang Bisa Menyetir Itu Punya Nilai Plus!

  4. kw

    July 31, 2013 at 2:46 pm

    horeeeeeeeeeeeee banyak teman 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top