Ketika Bung memutuskan untuk menjalani hubungan yang serius dengan si nona, otomatis segala perasaan dan harapan bergejolak dalam dada. Segala sesuatu akan berjalan dengan menyenangkan karena perasaan yang sedang kasmaran.
Bung dan si nona memang sedang berusaha untuk mewujudkan semuanya. Akan tetapi ketika hambatan datang bisa saja semua yang diusahakan dan diimpi-diimpikan kandas begitu saja. Karena ketika mulai menjalani hubungan lebih serius, rasa optimis pasti tak akan terkikis oleh keadaan dan kondisi yang dapat dibilang belum siap. Ditambah lagi hambatan yang datang layaknya biji jagung yang berbaris.
Segala Hal Jadi Rumit Contohnya Saja Uang Buat Resepsi Yang Ternyata Semakin Sengit
Banyak hal yang harus Bung siapkan untuk menatap hubungan yang serius, misalnya saja biaya resepsi yang tadinya tak terurus atau tak tersentuh sekali pun. Biaya nikah yang tidak pernah menjadi bagian dalam hidup Bung, sekarang harus menjadi urusan. Otomatis untuk menggapai hal itu Bung harus menabung. Hingga banyak hobi atau keinginan Bung yang tadinya terjangkau setiap bulannya harus di rem dahulu, karena urusan halal dan menghalakan lebih penting untuk dikerjakan. Jadi Bung jangan kaget, jika ternyata dibalik pesta pernikahan meriah ada biaya tinggi yang menanti.
Dahulu Bung Berikrar Bahwa Lebih Cepat Lebih Baik, Kini Tiba-tiba Mulai Berpikir Soal Yang Asyik-asyik
Ketika Bung mengatakan untuk menjalani hubungan yang serius dengan si nona. Secara singkat atau dalam beberapa waktu saja Bung dan si nona sudah berdiskusi soal mahligai rumah tangga dengan segala persiapannya. Mulai berbicara soal tanggal, gaun pengantin, hingga gedung yang bakal diisi ratusan bahkan ribuan tamu yang menjadi saksi.
Namun baru mencapai kepada tahap persiapan saja Bung sudah meraa berat. Seolah-olah segala janji dan ikrar ini belum pantas untuk dijalani. Apa lagi sesi pacaran mulai mengurangi hal-hal yang asyik, karena terlalu serius membuat hubungan Bung dengan pasangan mulai membawa suasana tak asyik lagi.
Apa lagi Waktu Bersenang-Senang yang Perlahan Terkikis Membuat Bung Jadi Geram
Seolah-olah merasa tidak ada waktu untuk membahagiakan diri sendiri. Lantaran setiap akhir pekan digunakan untuk kerja sambilan demi meningkatkan saldo tabungan. Maklum, pernikahan memang ritual yang membutuhkan uang. Bung mulai geram, karena merasa waktu mulai tidak dapat diandalkan. Alhasil hubungan yang tadinya baik-baik saja mulai timbul rasa kenapa-kenapa. Kurangnya rasa senang dalam diri membuat Bung mulai menjadi pribadi yang menyeret segala sesuatu jadi masalah yang tak bisa diatasi.
Ketika Hubungan Berjalan Sesuai Jalurnya Tetapi Restu Orang Tidak Ada
Bung dengan si nona bisa dibilang pasangan yang kompak karena masalah yang datang bertubi-tubi dapat diatasi tanpa harus melibatkan emosi. Seketika itu pula si nona menjadi yakin kalau Bung adalah orang yang tepat untuk diajak sehidup semati. Lantaran sudah berjalan mulus hanya butuh doa restu orangtua saja untuk menjalani seterusnya.
Semerbak keharuman pelaminan tiba- tiba sirna. Tak disangka, orangtua memiliki kepentingan dalam pernikahan, alhasil masalah ini menjadi berat, yang tidak ada solusi selain berpisah sedari dini. Kalau Bung berada di posisi seperti ini, Bung harus mengambil sikap secara bijak, karena pada nantinya apabila berumah tangga Bung yang memiliki kuasa.
Lebih Pahitnya, Dikala Ada Saja Orang Ketiga Yang Melintas Di Hubungan Bung
Saat semua hal sudah berjalan sebagaimana mestinya, tiba-tiba saja mantan kekasih datang. Tanpa membawa pesan atau pun kenangan, Bung pun yang mulanya ingin menyikapi layaknya teman saja, lama-lama tergoda untuk berbicara terlalu banyak sampai kenangan hadir begitu saja. Pembahasan masa lalu seperti tidak ada obatnya, semua terangkum manis begitu saja. Alhasil menjalani hubungan serius memang tidak pernah sepi dari cobaan dan godaan, Karena setiap tantangan itu hadir ketika seseorang ingin berniat untuk melangkah ke hal yang lebih baik dan adil.
