Hubungan pacaran memang senormalnya menjalani hal yang romantis, saling melempar pesan puitis nan gombal seperti di drama Hollywood atau Korea. Tapi mode pacaran seperti itu memang sudah masuk dalam skenario sutradara, dan bisa jadi jarang terjadi di dunia nyata.
Tak perlu muluk-muluk, melakukan obrolan absurd pun jadi bukti sebenarnya kalau Bung dengan pasangan sudah masuk zona nyaman. Hal absurd yang menjadi topik pun jadi pertanda jika hubungan yang Bung jalin tak lagi jaim alias jaga image. Terkesan anomali memang. Hubungan berpacaran yang seperti itu layaknya persahabatan. Tidak ada batasan tapi rasa cinta dan kasih sayang tetap jadi landasan utama. Mungkin Bung heran kenapa bisa demikian, namun seperti itulah adanya.
Warna Pakaian Bisa Menyebabkan Pertikaian, Tapi Saat Bung Dan Si Nona Sudah Merasa Nyaman, Hal Itu Tak Akan Terjadi
Ketika menjalani masa pendekatan dengan pasangan, yang namanya jaim sudah menjadi senjata. Bung pun tidak mau dianggap aneh, sehinga memancing pasangan ilfeel. Kalau pasangan sudah ilfeel otomatis, dia akan menjauh dari radar percintaan. Maka dari itu banyak orang yang ingin tampil keren di hadapan pasangannya.
Ketika Bung ingin tampil keren dengan memilih pakaian yang cocok dikenakan ketika kencan pertama. Bung justru merasa si nona memilih warna yang norak. Apabila Bung mengatakannya saat itu habislah sudah, si nona tentu tersinggung karena merasa selera pakaiannya direndahkan. Namun, ketika Bung dan si nona sudah sama-sama nyaman, menilai warna baju pasangan nampaknya tidak menyebabkan kemarahan. Malahan si nona terbuka dengan segala penilaian asalkan Bung tidak mengomentarinya berlebihan karena tiba-tiba jadi pengamat dadakan.
Amarah Si Nona Pun Tak Akan Tersulut Saat Bung Mengomentari Berat Badannya Yang Kian Berisi
Hal sensitif lainnya yang biasanya tidak bisa diterima nona adalah soal berat badan. Mengomentari berat badan seperti mengatakan, “Kamu gendutan?” mungkin dapat membuat si nona murka. Karena bagi perempuan menjadi gemuk atau kelebihan berat badan seperti sebuh kenyataan yang tak kuasa untuk disangkal, namun sulit untuk dirubah dalam artian mengurangi porsi makan.
Namun Bung, apabila Bung dan si nona sudah sama-sama nyaman, tentu si nona tak akan emosi ketika Bung mengomentari badannya yang semakin berisi. Si nona akan mengganggap hal itu sebagai motivasi untuk memperbaiki diri. Tak lagi termakan rasa sensitif karena pernyataan Bung yang impulsif.
Alih-alih Berlaku Jaim Saat Makan Di Depan Si Nona, Bung Pun Tak Lagi Perhitungan Soal Makanan
Makan? Dinner? Bisa menjadi sesuatu yang membuat Bung ingin terlihat sopan, tidak terlalu lahap, padahal suasana dalam perut masih riuh hendak menyantap. Tak ingin terlihat rakus, Bung rela membuat perut berteriak kalau lambung masih kurus ingin diisi lagi. Berhubung Bung sedang masa pendekatan, agak terlihat keren dan menyenangkan, Bung pun tak makan dengan porsi terbatas.
Kalau sudah jadian dalam kurun waktu bertahun-tahun sifat asli pasti lambat laun akan kelihatan. Bung sudah dalam kategori yang nyaman ketika melihat pasangan menyisakan makanan dan tanpa basa-basi Bung bilang, “Kalau tidak habis, kasih aku saja”. Bahkan bisa jadi Bung dan si nona saling berebut makanan.
Bahkan Bung Pun Tak Segan Menawarkan Bantuan Untuk Memecahkan Jerawatnya
Jerawat adalah hal yang mengganggu kemulusan muka. Membuat setiap individu malu untuk keluar karena tidak percaya diri. Apa lagi bagi perempuan, tumbuh satu jerawat saja sudah membuatnya stres nggak karuan. Bung yang risih dengan jerawat pasangan, ingin sekali memecahkannnya. Tapi kerisihan Bung tak mungkin bisa disalurkan ketika pacaran masih dalam tahap hitungan bulan.
Ketika jangka waktu pacaran terbilang lama. Jerawat di muka bukan lagi sebuah kerisihan yang tidak bisa dinyatakan. Bung dapat bilang sekaligus menawarkan untuk memecahkan jerawat. Terlalu absurd memang ketika Bung malah menawarkan perlakuan demikian. Tetapi karena sudah santai dengan pasangan, hal seperti itu dapat dinyatakan.
Hingga Reaksi Si Nona Yang Hanya Tertawa Ringan Saat Bung Buang Angin Di Depannya
Ini merupakan hal yang paling krusial dalam berpacaran. Sikap ini memang tidak sopan, tapi kalau buang angin ditahan-tahan malah menjadi penyakit. Mungkin ada satu momen di mana Bung menahan rasa tersebut karena malu. Tapi rasa yang tertahankan akhirnya keluar, dan berlagak suci Bung tidak mengaku dan menuduh orang lain.
Hal yang krusial ini akan menjadi sebuah hal yang biasa dalam level pacaran di tingkatan lebih tinggi. Selain nyaman, rasa mengerti satu sama lain juga menjadi alasan. Sampai-sampai ketika Bung buang angin di depan di nona, reaksinya hanya tertawa, bersikap biasa dan mengomentari baunya. Obrolan yang absurd tersebut malah menjadi penanda kalau hubungan pacaran Bung sudah berhasil mencapai titik nyaman. Terkadang keanomalian dalam bersikap bisa disikapi santai, asalkan tidak berlebihan.
