Tidak ada pasangan yang tidak memiliki permasalahan. Tapi nih, kalau bung pernah terbesit di pikiran tentang kedua pasangan yang beda budaya, mereka lebih rumit masalahnya ketimbang kita yang masih satu budaya, ya setidaknya tidak ada ketimpangan secara jauh dan masih dapat dikomunikasikan dengan baik.
Celakanya pasangan yang beda budaya, harus dapat mengkombinasikan kedua budaya yang berbeda secara akur dan akrab. Perlu digarisbawahi bahwa pasangan yang berbeda budaya yang kami bicarakan di sini, merujuk kepada pasangan beda negara. Di mana kedua budaya benar-benar sangat jomplang antara satu pihak dengan pihak yang satunya lagi.
Seorang penasihat pernikahan dengan pasangan beda kebudayaan mengatakan bahwa setiap pasangan memiliki masalah yang berbeda. “Walaupun begitu bisa saya katakan ada beberapa topik umum yang harus dihadapi sebagian besar pasangan,” katanya dalam wawancara dengan Expats.
Balik lagi ke pasangan beda budaya, sekiranya kami memiliki beberapa rincian masalah tentang pasangan yang berbeda budaya yang dikutip dari beberapa sumber.
Susah Berfrasa Karena Terkendala Bahasa
Beda negara otomatis beda bahasa, hal ini secara umum pasti akan terjadi pada setiap pasangan yang menikah beda budaya dan juga beda negara. Meskipun secara universal kita mengenal bahasa inggris bung, namun saat terjadi konflik yang mengharuskan adu argumen, seseorang akan lebih nyaman menggunakan bahasanya sendiri.
Terkendala bahasa juga terjadi saat kunjungan keluarga, apalagi jika tidak ada anggota keluarga yang menguasai bahasa Inggris secara fasih. Otomatis bung harus menjadi jembatan untuk berkomunikasi di setiap hal itu terjadi.
Terbentur Masalah Birokrasi Terutama dengan Imigrasi
Harapan setiap pasangan untuk bisa melalui pernikahan dengan jalan yang mulus. Tetapi ada saja kendala yang harus dihadapi terutama dalam masalah birokrasi. Proses imigrasi yang sulit atau berbelit-belit membuat pernikahan yang dijalani terasa sulit. Padahal keigininanya hanya satu, yakni pernikahan diakui di ke kedua negara. Cobalah mencurahkan dengan pasangan lain yang memiliki kendala serupa, siapa tau bung dapat jalan keluarnya.
Perbedaan Persepsi Dalam Memandang Pernikahan yang Sakral
Pada masa pendekatan biasanya baik bung atau si nona yang beda negara, sudah menyepakati tentang mempersepsikan pernikahan itu seperti apa. Karena beda budaya, beda juga cara memandang dalam sebuah pernikahan.
Meskipun sudah dilakukan penyamaan, tetap saja sering mengalami perbedaan pendapat ketika berhadapan dengan hal kecil. Beda pandangan ini tidak bisa didiamkan, karena sewaktu-waktu bisa jadi masalah yang pelik dan harus diatasi.
Masalah yang Utama, Yakni Beda Keyakinan Atau Agama
Ini menjadi masalah yang umum dan sering kali berbenturan. Permasalahan keyakinan biasanya terjadi saat bung bertemu si nona, yang kebetulan beda kepercayaan. Karena ada rasa cinta dan bisa meyakinkan dia untuk pindah, maka persoalan agama pun tidak terlalu di titik beratkan. Terutama tentang kebiasaan beribadah, ritual dan nilai-nilai agama yang tidak boleh dilanggar bisa jadi membuat salah seorang merasa gusar.
Sulit Berbaur Dengan Masyarakat Sekitar, Membuatnya Terasing di Lingkungan
Beda cara pandang, cara berosialisasi dapat memicu salah seorang pasangan yang beda negara dan budaya, sulit diterima di masyarakat. Secara otomatis, masyarakat mempunyai nilai-nilai sosial yang sudah dipegang sejak lama. Meskipun di zaman modern seperti sekarang, tetap saja ada masayarakat yang cenderung konservatif dan tidak bisa menerima perubahan akan ini. Intinya selama ini dilinkungannya, yang berlaku adalah tata caranya.
Walau pada akhirnya, komunikasi yang baik selalu jadi jalan keluar untuk semua kemungkinan yang tadi kami tuturkan. Tapi setidaknya, ini bisa memberi bung gambaran jika nanti berniat meminang si nona dari budaya dan negara yang berbeda.
