Ketika muda identik dengan masa remaja. Ketika sudah tua (tidak tua-tua banget) ada masa yang tidak kalah identik yakni ketika bung menjadi om-om. Percaya tak percaya bung, menjadi dewasa itu sesungguhnya menyenangkan. Banyak yang merasa takut untuk menjadi tua padahal tua adalah proses hidup yang harus dijalani tanpa perlu disesali. Salah satunya adalah masa menjadi om-om ini.
Momen lebaran misalnya, ketika om mulai sesak menyambangi keluarga. Identik dengan perut buncit, kumis tebal dan rambut semi-semi klimis, kerap menggoda dengan pertanyaan “kapan kawin?” dan bercandaan garing. Terkadang untuk tertawa pun terpaksa demi menghormati orang yang lebih tua. Lantas kalau bung sudah menjadi om nanti, apa yang akan bung rasakan? apakah bung punya perkiraan?
Ketika Muda Kerap Tebar Pesona, Pada Saat Dewasa Mulai Memangsa
Menjadi om-om bukan hanya sekedar tampilan tapi ada beberapa sifat yang menjadi cerminan, salah satunya genit. Ketika bung menjadi om-om dapat berlaku genit dengan seenaknya. Pasti bung pernah melihat entah di warung pinggir jalan, cafe atau restoran sekali pun, seorang om-om kerap menggoda pelayan yang notabene kaum hawa.
Tak pelak perempuan hanya mesem-mesem cemas setelah digoda. Entah merasa senang atau tidak enakan itu menjadi sesuatu yang relatif. Hanya perempuan yang digoda saja yang tahu. Tapi apabila yang menggoda bukan oom-oom, pasti mengundang amarah dari sang pelayan. Bisa saja sang pelayan malah risih lantaran berlaku yang tidak sopan hingga puncaknya memanggil satpam untuk mengusir bung keluar dari restoran.
“Mesum” Bisa Jadi Candaan Dan Juga Kegiatan lho..
Ini bukan lagi menjadi rahasia umum kalau om-om dapat berlaku mesum sesuka hatinya. Di tempat gemerlap dunia malam saja om-om mempunyai panggilan sendiri, yakni “gadun”. Sesama om pun suka bercanda hal-hal mesum yang membuat teman-temannya tertawa bahkan yang lebih muda juga turut terpancing. Belum tentu apabila yang muda bercanda turut mengudang tawa juga kan? bisa saja kena omelan.
Tidak hanya soal bercandaan mesum, berlaku mesum pun biasanya juga dilakukan oleh om-om lho. Seperti tempat pijat plus-plus dan gerai-gerai esek-esek pasti dipenuhi oleh om-om berhidung belang yang ingin menyalurkan nafsu. Tapi karena hampir semua om-om melakukan itu jadinya diwajarkan. Dan yang paling aneh adalah ketika anak muda nyelip diantara om-om di tempat porstitusi. Menjadi pemandangan asing ibarat melihat domba ditumpukan sapi.
Bahkan, Seorang Om-Om Bisa Mendapatkan Daun Muda Ketika Tubuh Kian Menua
Menjalin kasih dengan perempuan yang jauh lebih muda adalah satu kenikmatan sendiri. Mungkin bung masih sedikit kontra atau sudah mengganguk ketika membaca kalimat barusan. Lantaran perempuan muda masih berkulit kencang dan berparas cantik sehingga mampu menggoda hati dan menggoyahkan iman. Terutama bagi om yang kurang terpuaskan karena tante sudah tak ganas lagi di ranjang. Meskipun belum cukup matang bak perempuan dewasa secara umum, tapi banyak saja om-om yang (ingin) menjalin hubungan.
Dikutip dari Kompas.com, Ketua Umum Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI), menentukan ada beberapa fenomena kenapa perempuan muda gemar mengencani om-om. Salah satu alasannya adalah om-om dapat mengayomi perempuan dan memberikan sikap teladan. Tersiratnya, ada unsur materi yang “katanya” dapat menjadi daya pikat utama.
Banyak yang Bilang Untuk Urusan Mengundang Gelak Tawa Om-om Jagonya, Tapi Tidak Juga Tuh!
Seperti bukan sifat bawaan dan juga kondisional. Tetapi candaan yang dilontarkan om biasanya garing, namun entah kenapa orang yang mendengar dapat cengar-cengir. Ya intinya tidak lucu-lucu sekali bung, namun menghibur. Ada pun beberapa orang yang tertawa bukan karena candaan yang dibangun membangkitkan selera tawa. Melainkan rasa sungkan kepada om yang sudah tua kategorinya. Jadi ketawa formalitas saja.
Tidak melulu nggak lucu, kadang juga ada bung yang lucu. Namun om-om seperti dapat hak istimewa secara sosial ketika bercanda, yakni sikap dihormati. Mungkin karena norma di Indonesia orang tua harus dihormati jadinya terselamatkan lah mereka. Sedangkan yang muda bercandaan garing, paling mendapat sindiran bahkan menjadi banyolan.
Om-Om Pun Bisa Bertanya Sesuka Hati Tak Peduli Dengan Isi hati
Nah, hal yang satu ini mungkin paling akrab ditelinga bung ketika bertemu dengan om-om. Dari yang memiliki ikatan saudara atau pun yang tidak. Secara random saja, ia dapat mengutarakan apa yang dia mau kepada bung tanpa peduli memikirkan perasaan dan lingkungan sekitar.
Seperti pertanyaan “Kapan kawin?”, “Sudah pernah begituan belum?”, “Pacar kamu mana?” bahkan yang sudah menikah tetap jadi target baginya hingga kena gangguan dengan pertanyaan “Kamu kok belum punya momongan?”. Ya balik lagi bung, namanya om-om seperti mendapatkan hak istimewa untuk melakukan hal itu semua. Bisa jadi bung yang memandang aneh isi artikel ini karena masih muda. Bisa juga bung bakal cengar-cengir nantinya pada saat sudah beranjak tua setara om-om di luar sana.
