Bagaimana kisah seorang pemain bola seperti Carlos Kaiser, terbilang mulus? padahal dalam 20 tahun ia berkarir, tak pernah satu laga full ia mainkan dari 10 klub yang dibelanya. Usut punya usut pemain asal Brazil yang menempati posisi sebagai striker ini, rajin mengarang cerita untuk menipu berbagai klub! Cara menipunya cukup beragam, dari pura-pura cidera sampai seolah-olah membela presiden klub.
Ungkapan sebagai pesepakbola terhadap Carlos Kaiser, nampaknya jadi sebuah lelucon. Lantaran ia dikenal pandai dalam merangkai hoax demi menapaki karirnya, bahkan sampai di kontrak tim Eropa. Kelihaiannya dalam menipu beberapa rekan pesepakbola pun, sampai diangkat dalam film dokumenter. Lalu bagaimana kisah Kaiser dalam menipu setiap klub yang dibela? Simak cerita di bawah ini ya bung
Mimpi Jadi Bintang Lapangan Tak Hilang, Meski Skill Mengolah Bola Terbilang Malang
Di saat seseorang ingin menjadi pesepakbola tapi tak memiliki skill, secara logis ia akan mengubur mimpinya dalam-dalam. Namun tidak dengan pesepakbola yang bernama asli Carlos Henrique Raposo. Tipu muslihat dimainkan demi mewujudkan ambisi. Ia memang pernah menjalani trial bersama klub Meksiko Puebla, tapi ia dipulangkan karena dianggap pelatih tidak memiliki kemampuan yang handal dalam mengolah si kulit bundar.
Sepulang dari Puebla, ia mulai melancarkan aksi tipu muslihat. Di tahun 1980-an ia mulai membangun relasi bersama bintang sepakbola berkelas di Brazil seperti Bebeto, Carlos Alberto, Zico, Junior dan Renato Gauncho, tujuannya untuk mendapatkan hati sang pemain bintang tersebut dan meminta direkomendasi di klub.
Dengan cara memberikan servis di klub malam, Kaiser bakal meminta imbalan balik dengan meyakinkan para pelatih di tim para bintang tersebut bermain, dengan memberikan masa kontrak tiga bulan kepada dirinya sebagai uji coba.
“Obrolan yang dia (Carlos Kaiser) buat sangat menarik. Jika Anda membiarkan dia membuka mulut, dia akan memanipulasi Anda. Dia akan membuat Anda terpesona. Anda tak bisa menghindari itu” kata Bebeto dilansir The Sun.
Masa Uji Coba Diisi dengan Tipu Daya, Dengan Alasan Demi Mengembalikan Performa
Memang, setiap pesepakbola butuh latihan keras untuk mengembalikan performa. Namun, apa yang dilakukan Kaiser adalah tipu daya. Setelah berhasil mendapat kontrak uji coba, ia akan meminta latihan fisik kepada klub, dengan alasan untuk mengembalikan performa. Dalam satu bulan, Kaiser akan berada di lapangan dengan latihan tanpa bola. Di sisi lain, postur tubuh Kaiser memang menipu, karena untuk ukuran sepakbola ia memang terbilang memiliki badan yang bagus.
Setelah satu bulan selesai dengan latihan fisik, ia akan mulai tipu daya keduanya yakni pura-pura cidera. Apalagi di era 80-an, belum dikenal alat MRI Scan, yang dapat memindai tubuh seseorang untuk mengetahui secara pasti letak cidera. Selama 20 hari bahkan lebih, ia akan hanya ditemani tim medis. Klub pun sulit untuk tidak percaya, selain tidak ada MRI Scan, informasi sulit didapat kala itu.
“Setelah latihan fisik selesai dan memulai latihan dengan bola, saya akan meminta pemain lain memberi saya umpan. Lalu, saya menendang bola itu jauh-jauh, setelah pemain itu kembali mengambil bola. Saya akan memegangi hamstring saya dan pura-pura cidera,” ujar Kaiser.
Modus ini terus dilakukan Kaiser, dari satu klub ke klub lainnya.
Menenteng Gawai yang Mewah di Zamannya dan Bertingkah Seolah-olah Ada Klub Eropa Mengincarnya
Memang tak habis akal yang dilakukan oleh Kaiser. Selain handal dalam berakting dan lip service, pemain ini juga kerap memberikan sentuhan menarik saat ia berpura-pura cidera. Seperti ketika ia dikontrak oleh Botafogo di 90-an, salah satu klub terbesar di Brasil.
Modus yang dilakukannya masih sama, tapi kali ini ia selalu berakting bahwa seolah-olah sedang mengobrol dengan petinggi klub Eropa yang mengincarnya. Bahkan ia melakukan pembicaraan tersebut menggunakan bahasa inggris lewat sebuah telfon genggam, yang mana menjadi barang mewah ketika itu.
Namun tak selamanya modus berjalan lancar, diawali dari kecurigaan dokter tim medis Botafogo yang piawai berbahasa Inggris. Ia menilai bahasa inggris yang dilafalkan Kaiser sangat ngawur, alhasil ia curiga dengan tindakannya.
Saat sedang mandi, tanpa sepengetahuan Kaiser, sang dokter coba merampas telfon genggam tersebut secara diam-diam untuk mengetahui dengan siapa ia bicara. Ternyata setelah telfon genggam itu diambil, sang dokter pun kaget kalau ternyata telfon tersebut hanya mainan.
Ribut dengan Supporter Klub dengan Alasan Ada yang Menghina Presiden Klub
Kejadian ini hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh Eric Cantona sewaktu berseragam Setan Merah. Namun, kali ini apa yang dilakukan Kaiser, demi membungkus manis kebohongannya. Kejadian ini terjadi sewaktu ia membela klub Brasil lainnya, Bangu Atletico Clube di tahun 1988. Saat itu ia masih menjalankan modus andalan, namun ia kaget ketika namanya dimasukkan ke dalam skuad. Alhasil mau tidak mau, ia harus menunjukan bakat aslinya dengan bola, tapi bukan Kaiser namanya kalau tidak pandai berbohong.
Saat ia dimasukkan ke dalam lapangan, tiba-tiba ia memanjat tribun penonton dan menyerang supporter. Wasit tak bergeming dan memberikannya kartu merah. Kaiser pun selamat karena kebohongannya masih tertutup rapat. Usai pertandingan, presiden Bangu Ateltico Clube kala itu, Castor De Andrade meminta penjelasan. Ia kembali berbohong dengan mengatakan bahwa sekelompok supporter menghina Castro, dengan menyebutnya sebagai pencuri.
“Setelah ayah saya meninggal, saya menganggap anda (Castor De Andrade) sebagai ayah saya. Saya tidak rela ketika ayah saya dihina,” ungkapnya.
Bukan mendapatkan hukuman, justru Kaiser mendapat pujian. Alhasil kontrak pun diperpanjang selama 6 bulan.
Tak Mau Ketinggalan, Main di Klub Eropa pun Jadi Incaran
Entah kebohongan atau tipu muslihat apa yang dilakukan oleh Kaiser sehingga ia mendapat kontrak bermain di Gazalec Ajjacio di era 90-an, sebuah klub asal Perancis yang bermain di Ligue 2. Kala itu, invasi pemain Brasil bermain di klub Eropa cukup gencar, ini jadi alasan kalau ia tak boleh ketinggalan. Apalagi kedatangan pemain dari Brasil, yang sudah dikenal sebagai gudang pemain berkelas. Antusias para fans pun memuncak untuk menyambut Kaiser.
Di hari perkenalan, ia sudah seperti bintang, di mana stadion hampir penuh untuk menyaksikannya. Ia pun memasuki lapangan dengan melambaikan tangan dan mencium emblem klub. Karena tak ingin ada latihan dengan bola, ia menendang Seluruh bola di lapangan ke arah penonton, sebagai souvenir.
Pelatih pun tak bisa berbuat apa-apa. Karena stok bola habis, alhasil hari itu latihan pun diisi dengan peregangan dan semacamnya. Yang mana jadi kelihaian Kaiser dibanding latihan dengan bola. Selama karirnya di sini, ia hanya bermain sebagai pemain pengganti sebanyak 12 belas kali tanpa mencetak sebiji gol.
