Berkaca dari negara luar, menurut American Psychological Association, orang Amerika rata-rata mengatakan sekitar 11 kebohongan per minggunya. Tentu saja angka itu tidak kecil apabila diakumulasi selama sebulan atau setahun. Meskipun tidak ada penelitian terkait apakah berbohong selama 11 per minggu dapat merubah kepribadian jadi pembohong.
Pada studi lain, yang dilakukan dalam Journal of Basic and Applied Social Psychology, menyatakan bahwa 60 persen orang dewasa tak bisa menjaga percakapan selama 10 menit, iya 10 menit, tanpa berbohong.
Untuk tak lagi terkecoh atas cakap-cakap bohong dari si nona atau kawab bicara, kami akan memberikan panduan tentang bagaimana cara mendeteksi kebohongan dari seseorang kawan bicara.
Lawan Bicara Bung Menceritakan Sesuatu Secara Berisi Tapi Tak Berinci
Dilansir dari Psychology Today, seseorang yang berbohong bakal meninggalkan detail spesifik bung. Dengan berbagai macam alasan seperti lupa dan tidak ingat. Sedangkan seseorang pencerita yang jujur ia mampu memasukkan detail dan berita-berita kecil dalam ceritanya karena mereka paham keseluruhan situasinya. Pasti bung sering kali kan menemukan teman dan kekasih yang tidak mampu menceritakan secara detail.
Tatapan Mata Bisa Menandakan Kalau Ia Terjebak Dalam Kebohongan Belaka
Wendy L. Patrick yang merupakan seorang Jaksa dan Ahli Perilaku menyatakan bahwa mengukur kredibilitas seseorang yang ada kenal dapat dilihat dari gerak gerik matanya. Seperti tak mampu menatap mata anda saat berbicara bahkan saat berinteraksi ia lebih sering menatap ke bawah. Itu menandakan kalau rekan bung atau lawan bicara bung tak mampu menahan kebohongan yang diemban apabila dengan bung.
Selalu Ada Celah, Karena Seorang Pembohong Tak Mampu Mengontrol Wajahnya
Dr. Sthepen Porter ahli Psikologi dari Universitas Dalhousie pernah melakukan penelitian tentang demonstrasi eksperimen tentang seseorang yang memakai wajah palsu atau berpura-pura. Dari situ Dr. Porter menyimpulkan kalau seorang pembohong tak mampu mengontrol wajah mereka.
Dan mereka pasti memiliki celah untuk mengetahui kalau orang berbohong tak bisa menahan ekspresinya, apalai kalau konsekuensi kebohongannya fatal seperti dapat dipenajara. Berbeda dengan bahasa tubuh yang mampu bisa dikontrol.
Kerap Berlasan, Dirinya Kerap Lupa Akan Hal yang Terjadi
Psychology Today dalam artikelnya pernah mengatakan bung kalau pembohong lebih sering mengakui kenapa ia selalu lupa atau memiliki ingatan yang salah. Dibalik kelupaan yang ia katakan, ia selalu menyertakan alasan mengapa mereka tidak sepenuhnya mengingat kejadian tersebut. Sedangkan orang yang jujur dapat menyampaikan cerita tanpa kesulitan apapun.
Perhatikan Bung, Apakah Mata dan Mulut Tidak Sinkron Saat Berkespresi?
Sebuah meta-analisis yang dilakukan oleh American Psychological Association mengatakan seseorang yang berbohong selalu meluapkan ekspresi di wajahnya secara terpaksa dan dipaksakan. Wendy Patrick yang seorang ahli ekspresi mengatakan kombinasi palsu itu terletak dari ekspresi mata dan mulut, bahwa seseorang yang jujur akan terlihat kalau ekspresi wajahnya natural. Sedangkan kalau pembohong tidak ditemukan saat mata dan mulutnya berekspresi. Sangat tidak cocok.
