Meskipun telah menetapkan jalan hidup sebagai atlit dengan fokus berjibaku di lapangan hijau. Tak membuat pesepakbola tak menempuh jalan perkuliahan. Beberapa dari mereka menyadari bahwa pendidikan itu penting dan harus dikejar, apalagi tidak ada jaminan setiap pesepakbola dapat menghabiskan hidupnya di kulit bundar. Kala menginjak usia 30 ke atas, beberapa pemain sudah mulai kehilangan power sehingga ada keputusan untuk pensiun.
Sebuah fakta mengejutkan pernah diungkap Forbes tentang mantan pemain Arsenal, Mathieu Flamini yang menjadi pesepakbola dengan kekayaan tertinggi dunia. Kekayaan yang didapat lantaran ia menjalankan bisnisnya. Nama Flamini yang tidak sebesar Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, ternyata disebut oleh majalah tersebut memiliki aset sehingga 206,3 triliuin rupiah! kekayaanya pun 26 kali lipat dari milik Ronaldo yang asetnya hanya 8,4 triliun rupiah.
Kesuksesan Flamini ditengarai karena membangun bisnis biokimia legal yang menjaga dan membangun kelestarian alam. Ia pun memiliki latar pendidikan sebagai sarjana hukum. Lalu siapa lagi bung pesepakbola yang memiliki gelar sarjana ?
Robert Lewandowski
Mebutuhkan waktu hingga 10 tahun buat Robert Lewandowski menyelesaikan studinya sebagai lulusan pendidikan fisik di salah satu universitas di Warsawa. Pemain yang bersinar bersama Borrusia Dortmund kemudian hijrah ke klub bebuyutan, Bayern Munchen karena memliki insting mencetak gol yang tajam. Menempuh waktu selama satu dekade bagi seorang Lewandowski nampaknya wajar, lantaran hal itu ditempuh ditengah kesibukan menjalanni karir sebagai pesepakbola profesional.
Giorgio Chiellini
Siapa sangka tembok tangguh Juventus yang juga menjadi salah satu bek terbaik di dunia ini adalah sosok yang cerdas di dalam dan luar lapangan. Bahkan ia adalah anak pintar semasa mengenyam pendidikan di SMA. Chiellini memiliki gelar master di bidang studi Bisnis Ekonomi di Universitas Manajemen dan Ekonomi Turin dengan meraih penghargaan sebagai mahasiswa dengan lulusan nilai terbaik, alias cumlaude.
Mungkin ini lah yang menjelaskan mengapa saat ia mengambil bola dari lawan memiliki presisi yang baik. Karena memiliki kalkulasi waktu yang menakjubkan.
Vincent Kompany
Menempuhkan pendidikan administrasi bisnis di sebuah Universitas di Manchester pernah juga dijalani oleh bek elegan milik Manchester City, Vincent Kompany. Permainan yang menawan bek asal Belgia ini memang menjadi sosok yang ditakutkan para penyerang. Selain itu latar belakang orang tua Kompany adalah seorang aktivis dan pengusaha di Belgia.
Petr Cech
Lebih dari tiga bahasa dikuasai oleh mantan pemain Chelsea yang kini berseragam Arsenal. Di bawah mistar gawang Petr Cech merupakan tembok yang sulit dijebol oleh beberapa pemain lawan. Tiga bahasa yang dikuasai adalah Prancis, Spanyol, Inggris bahkan baru-baru ini dikatakan ia handal berbahasa Jerman.
Dalam berbahasa verbal ia handal, tetapi ia tidak memiliki gelar yang sejalan dengan kemampuannya. Karena Cech adalah Sarjana Ilmu Teknik Penerbangan di sebuah Universitas di Praha. Sumbangsihnya dalam dunia penerbangan dengan meriset dan mempelajari kalau bandara dengan karakteristik area populasi tertentu bisa menciptakan lapangan kerja dan kreativitas dan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi.
Juan Mata
Gelandang asal Spanyol ini memiliki visi misi bermain yang cerdas dengan melihat ke berbagai posisi temannya guna memberikan umpan matang. Juan mata, juga menggagas program amal di mana para pesepakbola diajak untuk menyisihkan satu persen dari total gaji untuk membantu mereka yang kurang beruntung.
Bung tahu gaji pesepakbola sangatlah besar, apabila satu persen dikumpulkan dari berbagai pemain tentu hasilnya sangat banyak. Sisi filantrofis Juan Mata mungkin didapat dari dua gelar sarjanama yang dimiliki, yakni bidang jurnalisme di Universitas Madrid, dan Marketing and Sports Science di Universitas Manchester. Di Chelsea dan Setan Merah ia dipercaya untuk mengisi kolom blog di situs resmi klub.
