Hubungan intim secara tidak langsung memang didominasi oleh laki-laki, lantaran kaum adam yang memulai, mengajak, dan bergerak. Sedangkan perempuan, acap kali dicap sebagai pihak yang menerima begitu saja. Sehingga kendali dari hubungan ranjang selalu ditujukan kepada laki-laki. Jadinya laki-laki berperan sentris. Padahal bisa saja ketika Bung sedang menggelora saat melakukan hubungan intim dan sudah mencapai titik kepuasan setelah melakukan intercouse, si nona tidak merasakan apa-apa lho. Lantas apa yang terjadi?
Walaupun anggapan seks didominasi laki-laki itu tidak dapat dibenarkan, tetapi secara gamblang pun tidak dapat dibantahkan. Karena pembahasan seks di mata perempuan selalu dianggap tabu oleh budaya yang mengakar di sekitar kita. Padahal kalau ditanya, pentingkah kepuasan di mata si nona? Rasanya jawabannya tidak jauh berbeda dengan laki-laki. Firliana Purwanti, seorang penulis buku berjudul The ‘O’ Project (2010), mendapatkan suatu fakta menarik dari sekian fakta lainnya soal hubungan intim, yakni kenapa si nona sulit mencapai orgasme.
Terdapat Penyakit di Bagian Vagina Si Nona yang Membuat Seks Tak Terlaksana Semestinya
Sebagai laki-laki yang kerap “menuntun” perempuan dalam hal berbagi kepuasaan, Bung harus mengetahui apakah si nona merasakan kenikmatan yang sama saat sedang di ranjang. Lantaran hal ini penting kedepannya, bukan hanya dari segi seksual saja tetapi juga berpengaruh pada hubungan. Bahkan terdapat penelitian di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa 75 persen laki-laki selalu mencapai orgasme saat melakukan hubungan intim, sementara hanya 29 persen perempuan yang dapat mencapainya.
Salah satu faktornya adalah penyakit fisik yang dialami si nona. Seperti vaginismus, suatu kondisi otot vagina si nona mengalami kejang begitu ada sesuatu yang dimasukkan ke arah sana. Si nona yang mengalami semacam ini akan merasakan ketidaknyamanan apabila saat sedang berhubungan intim, terutama saat dipenetrasi.
Bahkan Sampai Ada Rasa Terbakar hingga Hubungan Badan Menjadi Perkara yang Mengakar
Memang benar bahwa si nona lebih rentan terhadap penyakit, apalagi penyakit yang berada di bagian kelaminnya. Adapun selain vaginismus, masih pula vulvodynia, yang secara medis apabila dijelaskan merupakan kondisi nyeri kronis yang terjadi di bagian bibir vagina yang bakal berlangsung secara terus-menerus. Bahkan bisa terjadi sampai kurun waktu tiga bulan ke depan. Si nona bakal mengalami rasa seperti terbakar, iritasi, atau berdenyut-denyut pada genitalia.
Bisa Jadi Si Nona juga Mengalami Stres atau Kelelahan Fisik Sehingga Hubungan Badan Tidak Terasa “Asyik”
Tentu Bung tidak mau hanya dipuaskan saja, tetapi juga Bung ingin memberikan timbal balik. Karena hubungan intim secara pakem adalah berbagi hal yang sama untuk mencapai titik kepuasan. Terdapat ranah problem seksual perempuan, ketika tidak mampu menerima rangsangan seksual sehingga hubungan badan yang harusnya memiliki kesan ena-ena malah menjadi hal yang tidak ena.
Kondisi ini disebut sebagai frigidity, yang bisa disebabkan oleh rasa stres, kecemasan, keletihan fisik, konsumsi obat-obatan tertentu, dan alkohol. Bahkan, rasa trauma ketika hubungan badan mengalami sakit yang luar biasa, juga bisa menjadi pemicu. Sebagai laki-laki, Bung harus bisa mengetahui kondisi ini, jangan karena kepalang nafsu apa yang terjadi di depan bukan sikat terlebih dahulu hingga mengabaikan kondisi pasangan.
Mau Dirangsang Bagaimanapun Juga, Si Nona Tetap Kebal dan Tidak Merasakan Apa-Apa
Untuk hal yang satu ini, bisa jadi pergunjingan bagi Bung diri sendiri yang dinamakan anorgasmia. Apa itu anorgasmia? Ketika pasangan tidak mampu bahkan sulit ketika mencapai titik orgasme. Meskipun Bung telah berusaha memberikan stimulus-stimulus seksual secara tepat. Ini bukan salah Bung karena tidak mampu merangsang si nona, melainkan ada kondisi penyakit yang menyerangnya.
Dalam situs Mayo Clinic, disebutkan ada beberapa tipe anorgasmia, pertama lifelong anorgasmia, yakni keadaan saat seseorang tidak pernah mengalami orgasme. Kedua, acquired anorgasmia bahwa sulit sekali untuk mencapai orgasme kedua kalinya. Ketiga, situational anorgasmia, kondisi dimana seorang perempuan hanya bisa mencapai orgasme pada situasi-situasi tertentu, lebih parahnya orgasme yang dialami perempuan hanya terjadi saat berhubungan dengan pasangan tertentu saja. Dengan kata lain kalau mantan pacarnya mampu membuat dia orgasme, belum tentu Bung juga bisa melakukannya. Terlebih lagi ada beberapa perempuan yang tidak mencapai orgasme lewat penetrasi di bagian vagina saja.
Paling Miris jika Si Nona Tak Bisa Terpuaskan meski Bercinta dengan Siapa Saja
Dari sekian kategori anorgasmia, yang paling berbahaya dan juga miris adalah generalized anorgasmia. Kondisi ini sangat memprihatinkan dimana si nona tidak dapat mencapai titik kepuasan dengan siapa pun dalam kondisi apa pun. Meskipun penyakit ini berpangkal kepada perempuan, tetap saja Bung sebagai laki-laki harus memperhatikan. Sekali lagi Bung, kondisi ranjang bukan hanya soal kepuasan diri Bung saja, tetapi juga pasangan Bung.
