Saat Bung ingin menggapai sesuatu, Bung biasanya menaruh motivasi agar semangat selalu tetap ada dan rasa putus asa tak mampir ke dalam diri. Namun tak dinyana, motivasi yang Bung pupuk bisa menghilang begitu saja. Bukan tanpa sebab, melainkan ada beberapa alasan yang membuat Bung kehilangan motivasi. Hal ini bakal berpengaruh dengan hal yang sedang dikerjakan atau yang ingin Bung gapai.
Kerap membandingkan diri dengan orang lain, ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi Bung memang bisa menjadikan hal itu sebagai suatu motivasi lantaran yang Bung bandingkan memiliki torehan lebih baik. Tapi siapa bilang kalau membandingkan diri dengan orang lain tidak dapat membuat Bung down? Apabila sama-sama berada dalam satu bidang, tetapi torehan dia selalu lebih bagus. Lambat laun rasa gelisah dan putus asa pasti muncul.
Tak menutup kemungkinan kata hati akan bersuara, “Umur kita sama, namun ia selalu lebih sukses dan unggul.”, lewat nada seperti itulah yang membuat Bung bakal kehilangan motivasi. Oleh karena itu sebaiknya kurangi untuk membandingkan diri dengan orang lain agar motivasi tetap terjaga dengan baik. Selain itu, masih ada beberapa alasan kenapa motivasi dapat hilang dari dalam diri.
Jangan Menjadikan Upah sebagai Patokan
Suatu pemikiran yang salah apabila Bung hanya berpikir bahwa tujuan bekerja adalah gaji. Gaji tidak dapat Bung taruh sebagai patokan dan motivasi dalam bekerja. Bisa saja Bung bertindak sembrono atau tidak sesuai aturan dengan alasan, yang penting kelar dan uang akan datang. Kalau Bung terus-terusan seperti ini Bung bakal hancur dengan sendirinya. Tantanglah diri Bung untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik setiap harinya. Dan lihatlah apakah ada kemajuan dari apa yang Bung kerjakan.
Terlalu Fokus dengan yang Namanya Kesalahan
Secara klise Bung tidak dapat menghindar dari yang namanya kesalahan. Setiap pekerjaan yang bung kerjaan pasti ada saja sisi salahnya. Skala mikro maupun makro, apa pun bisa terjadi. Kalau kesalahannya skala mikro ya Bung mungkin dapat menyelesaikannya. Tetapi kalau skala makro bisa menjadi beban pikiran hingga apa yang Bung kerjakan selalu dihantui akan kesalahan.
Mental dan Fisik Dapat Runtuh, kalau Bung Bekerja Tanpa Mengenal Waktu
Kerja keras lembur bagai kuda, itu adalah jargon yang sering dilontarkan beberapa bulan belakangan setelah salah satu iklan melantunkan kata tersebut dengan pengucapan bahasa Arab. Kerja dengan keras dapat membuat Bung kehilangan motvasi, justru Bung harus perhatikan apa kondisi fisik masih mampu untuk diajak berlari atau meminta istirahat sejenak sekedar mengembalikan tenaga dan motivasi.
Terbiasa untuk Menunda, Bukan Bersegera
“Ah nanti saja, masih lama ini deadline-nya,” Kerap kali Bung memiliki waktu luang yang sebenarnya dapat dimaksimalkan untuk bekerja, tetapi Bung malah memilih untuk menunda. Sering kali menunda pekerjaan bakal membuat Bung malas dalam bekerja. Sehingga motivasi pun hilang saat Bung berusaha mengerjakannya. Rasa malas telah menghantui membuat effort untuk berkerja seakan sudah mati ditelan bumi.
Takut Akan Namanya Kegagalan
Siapa sih orang yang mau gagal? Sebenarnya orang yang gagal adalah dia yang tidak mau mencoba. Padahal, berapa kali Alexander Graham Bell pun gagal dalam melakukan penelitian hingga akhirnya dia berhasil dengan membuat telepon berkembang seperti sekarang.
Jangan lantaran takut akan gagal membuat Bung menjadi ciut. Tidak ada hal yang dikerjakan tanpa dihadang dengan ujian dan kegagalan. Justru itu menjadi resiko yang harus Bung tanggung dan hadapi. Kalau Bung terus takut akan kegagalan, maka Bung akan ragu untuk melakukan sesuatu sehingga tak ada satu pun yang berhasil Bung kerjakan.
