Publik sepak bola tercengang, khususnya tim yang baru saja menyabet gelar ke-13-nya, Real Madrid. Lima hari setelah melakukan pesta dan arak-arakan, Zinedine Zidane, sang pembawa kesuksesan, memutuskan untuk mengundurkan diri. Ia bilang bahwa tim ini ingin selalu menang, dan sulit untuk mewujudkan itu semua, dengan bijaknya ia memilih untuk mundur dari jabatannya.
Secara statistik prestasi Zidane sebagai pelatih sangat baik. Bahkan, pelatih lain belum tentu ada yang dapat menyamai prestasinya. Kalau banyak yang berargumen, Zidane beruntung karena langsung melatih klub berkelas yang dihuni para pemain handal, sebenarnya tak relevan. Karena hal itu tidak terjadi kepada Rafael Benitez, yang sebelumnya gagal total dalam menukangi tim kebanggaan Spanyol. Sejauh ini memang banyak prestasi yang ditorehkannya, namun sukar diwujudkan pelatih lain, Bung.
Menjuarai Liga Champions Dalam Tiga Tahun Beruntun
Liga Champions adalah sarang berkumpulnya tim jawara di Benua Biru yang dipertemukan dalam satu kompetisi. Sudah tentu untuk menjadi yang terbaik di kompetisi ini sangat sulit untuk diwujudkan. Banyak pemilik klub yang memberi target kepada pelatih, agar bisa tampil baik bahkan membawa pulang trophy tersebut. Banyak pula yang gagal sehingga berakhir terhadap pemecatan.
Zidane salah satu yang terbaik di kelasnya apabila berbicara soal Liga Champions. Ajaibnya, dalam waktu 2,5 tahun pelatih asal Perancis ini sukses mengantar Real Madrid juara Liga Champions dalam tiga tahun berturut-turut. Hal ini merupakan sejarah, apalagi sejak kompeitisi ini berganti format sejak tahun 1994, dan Zidane menjadi pelatih pertama yang berhasil melakukannya.
Tanpa Catatan Berkesan Sebelumnya, Zidane Menorehkan Tinta Keemasan
Setelah bergoanti-ganti orang di kursi kepelatihan dari masa Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, sampai era singkat Rafal Benitez. Pemilihan pelatih dari Real Madrid sangat pelik, pemilihan dilakukan dengan catatan beberapa pelatih tersebut memang memiliki rekam jejak handal sebagai pelatih di era-era sebelumnya. Secara tiba-tiba kursi panas kepelatihan diberikan kepada Zidane, yang notabene tak pernah melatih klub senior.
Hanya tim junior bernama Real Madrid Castilla dari periode 2014-2016 sekaligus menjadi penasihat, direktur olahraga, dan assisten manajer, yang penah dilakoninya. Lewat rekam jejak yang minim, tetapi tangan dinginya berhasil memberikan banyak trophy. Sembilan trophy bergengsi pun berhasil dihadirkan dalam waktu kurang dari tiga tahun. 3 Liga Champions, 2 UEFA Super Cup, 2 FIFA Club World Cup, 1 Supercopa De Espana, dan 1 La Liga.
Pengeluaran Sedikit Bukan Berarti Prestasi Tak Dapat Dikait
Sebagai tim besar, pembelanjaan pemain secara besar-besaran tentu saja menjadi agenda tiap musim. Memiliki kedalaman squad adalah hal penting. Apalagi tiap musim, klub selalu berbenah dengan melakukan bongkar pasang pemain dan mendatangkan talenta kelas dunia. Namun, Real Madrid tak memakai teori tersebut ia merasa skuad yang dimiliki sudah cukup tangguh untuk menjadi juara.
Bahkan dilansir dari Transfermarkt dari musim 2015/2016 sampai 2017/2018, tim ini hanya mengeluarkan 10 juta paunsterling. Dibanding dengan Manchester City yang mengeluarkan 403 juta paunsterling, PSG 403 juta Paunsterling. Bahkan, sang rival, Barcelona, mengeluarkan 179 juta paunsterling.
Sukses Sebagai Pemain dan Pelatih
Sukses sebagai pemain dan pelatih adalah dua hal yang sulit untuk didapatkan. Memang secara catatan dua hal ini masih sama-sama berkaitan dengan si kulit bundar. Mengolah bola dan mengolah taktik tentu beda formulanya. Tak heran, jika tak banyak pemain yang dapat sukses setelah gantung sepatu dan mengambil lisensi kepelatihan.
Sejauh ini Zidane menjadi pemain yang dapat sukses di dua sisi. Kalau mau berkaca pemain seperti Maradona yang sangat fenomena akibat aksi-aksinya saja tak dapat sukses saat menjadi pelatih. Kemudian Sir Alex, saat menjadi pemain nama yang satu ini tak dikenal seperti saat dirinya menjadi pelatih.
Apakah Itu Kebetulan Atau Memang Ia Handal Dalam Mengolah Taktik yang Berguna Di Lapangan?
Keberuntungan atau kematangan, mungkin itu yang bakal menjadi pertanyaan. Zidane sosok yang sangat fenomenal, tak hanya sebagai pemain namun juga pelatih. Torehannya yang dilakukan tentu sulit diwujudkan oleh pelatih lain. 2,5 tahun yang dia lakukan di Real Madrid ternyata sungguh mengesankan, sampai Florentino Perez, mengatakan kalau Zidane salah satunya pemain yang dicintai, baik saat menjadi pemain maupun pelatih.
Kini sang maestro tengah banyak digosipkan dengan klub atau negara lain. Bahkan Zidane ditawarkan untuk melatih Qatar yang bakal menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Tak tanggung-tanggung, Zidane bakal digaji Rp 2,2 milliar per harinya, apabila dia mengiyakan. Dengan penghasilan setahun hampir mencapai Rp 1 trilliun, apakah ada Bung pelatih yang lain yang disodorkan nilai gaji seperti itu?
