Mengatur keuangan dianggap sebagai langkah pertama untuk hidup yang sejahtera, hal ini mesti dilakukan untuk memperbaiki keungan dengan harapan impian yang diinginkan pun tercapai, seperti kata Prita Ghozie, selaku Perencana dan Edukator Keuangan
“Untuk menghadapi kehidupan yang penuh risiko maka harus pintar mengatur finansial kita. Sejauh ini masyarakat terutama Generasi Milenial saat mengatur keuangan hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari atau bulanan saja,” kata Prita.
Itu adalah kesalahan yang dianggap Prita harus segera dibenahi, bukan tanpa alasan lantaran generasi ini cenderung terlihat sering menghamburkan uang tanpa memperhitungkan keperluan jangka panjang hingga keperluan dadakan atau darurat. Hal ini memiliki dampak yang kurang baik bung, dan ini bisa saja tak terjadi dalam hidup kalian asalkan dapat menyisihkan uangnya untuk dana darurat sampai berbisnis.
Menurut perhitungan Prita, untuk mencapai rencana bisnis 70 persen dapat direalisasikan dengan menabung, 42 persennya dengan menyusun rencana keuangan dan 38 persennya didapat dengan bekerja keras atau double.
Salah satu penggoda terberat yang diyakini dapat menguras isi dompet sampai rekening adalah goodan trend lifestyle. Tapi itu bisa dijadikan tameng apabila bung mampu mengendalikan pengeluaran. Nah, untuk mengetahui tips apa saja yang harus diperhatikan, Vice President Business Development LiMa Group Craft Enthusiast, Agni Pratama mebeberkan apa saja yang harus diperhatikan generasi milenial agar berkembang ke depannya.
Kendalikan Ego, Jangan Menangani Bisnis Secara Sendiri
Menurut Agni, salah satu kendala di mana seseorang gagal atau sulit untuk berbisnis adalah memiliki ego terhadap bisnisnya. Salah satu adalah keinginan untuk menagani semua bisnis milikinya sendiri. Padahal hal yang perlu diperhatikan saat mengembangkan bisnis adalah berkolaborasi dengan pihak lain. Munculnya ide dan saran pun bisa jadi adanya kolaborasi sehingga bisnis yang sedang dikembangkan pun makin berinovasi.
Mulai Memiliki Partner Dalam Jumlah Ganjil
Laki-laki yang sudah bergerak lebih dari sepuluh tahun di industri bisnis craft tersebut mengajurkan agar sebaiknya memulai usaha dengan partner yang berjumlah ganjil. Dengan alasan dapat berpengaruh terhadap sebuah bisnis ke depannya, Sehingga adanya pertarungan ego pun tak terbentur hanya dua kepala saja, orang ketiga pun bisa memiliki sifat menengahi bahkan mencari solusi tentang apa yang terbaik harus dilakukan dalam mengatasi masalah dalam dunia bisnis.
Rajin Untuk Melakukan Sebuah Review
Bagi generasi milenial, biasanya melakukan usaha hanyalah sebuah bisnis sampingan dibalik ia berkarir di kantor. Lantaran ia masih ingin belajar sekaligus tak ingin gambling dalam mengambil keputusan seperti seratus persen penghasilan dari bisnis.
Untuk memajukannya pun, penting untuk melakukan review terhadap produk, model bisnis, sampai orang-orang yang terlibat dalam kerjasama. Waktu yang tepat pun biasanya setiap tiga atau enam bulan sekali agar tidak ketinggalan dengan yang lain. Review pun dilakukan agar bisa terus berinovasi baik dalam perkembangan produk maupun model bisnis.
Financial Planning dari Tahun Pertama
Nah, hal krusial ini biasanya luput dari timeline seseorang yang ingin menjalani bisnis. Menurut Agni setiap orang harus melakukan financial planning sejak tahun pertama ia berbisnis dengan membuat journal budget. Wajar apabila di tahun pertama bung harus mengutang sana-sini karena tanpa modal bisnis pun tidak bisa jalan, terutama buat iklan sebuah produk.
Dua tahun kemudian harus memiliki tambah pinjaman ke bank. Tahun ke tujuh mulai mencari dana lewat IPO, itu pun sudah direncanakan jangka panjang.
Melakukan Riset Secara Teliti dan Detail
Setiap bisnis yang bung jalani pasti memiliki pesaing, jangan sampai bung ketinggalan atau kalah dengan pesain. Teruslah membaca, meneliti pasar yang berguna dalam perkembangan bisnis. Riset harus dilakukan tak hanya saat bung memuali bisnis tapi juga setelah bisnis tersebut berjalan.
Agni pun mengatakan kalau pebisnis yang sukses adalah selalu melakukan riset. Sebagai generasi milenial jangan hanya terjebak dengan idealisme tanpa membaca pasar sekaligus melakukan pengamatan dengan pesain. Karena yang ideal bagi kamu, belum tentu ideal bagi target pasarmu bung.
