Sederetan gaya hidup dan permainan pernah terlahir menjadi sebuah trend, seperti halnya sepeda fixie. Berbicara electronic board atau E-board menjadi salah satu hal yang cukup dibicarakan dan digandrungi oleh beberapa kalangan kan bung?
Secara sederhana E-board adalah sebuah papan skateboard yang dipasangi motor penggerak yang diatur lewat kontroller. Fiturnya yang futuristik membuat banyak orang tertarik dengan papan canggih ini. Mungkin bung juga salah seorang yang tertarik, tapi apakah sudah coba berpapan ria?
Casey Niestat, sebagai salah satu Youtuber terkenal dengan 10 juta subscriber turut mempopulerkan dengan beberapa kontenya yang memainkan E-board. Di Indonesia juga banyak yang mempopulerkannya, seperti Alit Susanto, Statement Prod, DaysAfter24 hingga Arind Kunto, Erick Saujana yang beberapa konten videonya membahas soal E-board.
Tapi apakah E-board dapat menjelma sebuah tren di mana orang berbondong-bondong untuk memainkannya? untuk menjawab soal itu, kami bertemu dengan Arieb Rahadian salah satu founder dari komunitas E-board Jakarta yang dapat ditemui di Instagram dengan nama sama (@eboardjkt).
“Sebenarnya sih udah menjadi trend, cuma untuk dapat E-board itu susah. Makanya orang itu jadi mikir bagaimana ya saya buat dapetinnya. Cara mereka mendapatkannya ada dua antara ngerakit atau beli pabrikan,” ujar Arieb saat ditemui di bilangan FX, Jakarta Pusat.
Bagi bung yang sering tongkrongin kanal Alit Susanto di Youtube, pasti pernah melihat tentang konten saat ia membuat elektronik board rakitan dengan suku cadang yang ia impor, kan? di video tersebut Alit menjelaskan urutan pembuatan secara detail sampai ke percobaan dengan E-board DIY versinya.
Ada keseruan memang saat merakit E-board mungkin nuansanya sama seperti zaman kecil dulu kita merakit Tamiya. Tetapi E-board DIY tidak se-manis yang kalian kira lho. Bahkan Arieb menyarankan untuk membeli pabrikan sebelum merakit sendiri. Karena kendala dari negara kita adalah mengumpulkan part-partnya yang agak sulit dan mesti import dari luar.
“Saya saranin untuk beli pabrikan karena sekarang udah ada beberapa re-seller di Indonesia tetapi harga lebih mahal. Kalau mau beli dari luar, ada kendala E-board nggak bisa dikirim ke Indonesia. Karena regulasi IATA (International Air Transport Association) baterai di atas 160 Watt tidak dapat dimasukkan ke dalam pesawat,” jelas Arieb.
Merakit E-board memang ada sisi keseruan tersendiri, Arieb pun tidak menampik hal tersebut. Pria berkacamata ini sempat berada di satu moment di mana lebih senang memakai E-board rakitannya dibanding yang ia beli. Mungkin karena ada sisi perjuangannya ya bung? haha Namun ketika ia membeli Mepoo Board salah satu produk E-board, ia mulai keranjingan memakai yang dari pabrik. Alasannya sangat masuk akal karena sangat enak dipakai sehari-sehari (terutama bagi pemula) dan ringan.
Dan berbicara E-board sebenarnya tidak afdol kalau tidak membahas harga. Selayaknya teknologi pasti ada nilai besar yang mesti kita taruh untuk mendapatkannya. Nah, apabila bung menjadikan papan canggih ini sebagai hobby sepertinya bung harus merogoh kocek lebih dalam.
Kisaran harga E-board sangat beragam di mulai dari angka Rp 5 juta – Rp 30 juta, menurut Arieb yang suka melaukan review E-board mengatakan bahwa rata-rata berada di angka Rp 10 juta. Merek-merek seperti Meepo, Koowheel dan Every Skateboard berada di angkat tersebut.
Namun kalau ingin lebih premium seperti punya Casey Niestat, berada di kisaran Rp 30 juta! yang dikuasai oleh tiga merek ternama sejauh ini seperti Boosted Board, Evolve dan yang nomor satunya, Raptor.
Mungkin hal ini juga yang membuat E-board tidak begitu viral hingga dimainkan oleh banyak orang. Secara jujur bung mungkin bakal berfikiran lebih baik membeli motor dibanding membeli papan canggih yang dapat berlari. Arieb pun juga mengamini bahwa harga yang membuat mentok orang-orang yang antusias memainkan E-board.
“Karena antusias soal eboard itu tinggi! banyak yang nanya di instagram seperti beli di mana dan segala macem. Cuma biasanya mereka itu tersangkut di masalah harga jadinya banyak yang nggak terealisasikan. Seperti ada yang nanya, “ada yang di bawah 5 juta nggak?”, ya pasti ada. Tapi harga minim speksifikasi juga minim,” celoteh Arieb.
Dibanding harga Sepeda Fixie, memang bisa dibilang lebih terjangkau dibanding E-board. Namun bukan berarti harga E-board mahal, karena ada juga yang murah seperti yang diutarakan Arieb. Ia pun pernah memiliki E-board murah seharga Rp 2 juta dan menjadi E-board pertamanya bung. Tapi ia tak bisa menutupi bahwa kekurangannya pun sangat banyak. Seperti baterai yang cepet habis namun charge-nya memakan waktu lama, dan jarak tempuh hanya 7 KM. Tentu bermain E-board dengan speksifikasi minim seperti itu tidak mampu memuaskan hasrat, apalagi bagi laki-laki kepuasan diri sangatlah penting.
Berbicara mengenai kepuasan sudah tentu pria yang mulai tertarik dengan E-board di tahun 2015 ini, ingin memfasilitasi orang-orang yang memiliki ketertarikan sama sepertinya. Tak mungkin untuk menikmati permain ini hanya sendirian, tentu ingin berbagi dan merasakan eksperimen orang lain adalah yang ingin dicapai. Sampai pada akhirnya Arieb Rahdian bertemu dengan Ayit dan Erick Saujana yang mendeklarasikan membentuk komunitas @eboardjkt pada 13 April 2017 lalu.
Akhirnya orang-orang yang punya E-Board pun mencium aroma bahwa ada laki-laki yang memiliki hobby memainkan papan futuristik ini. Satu per satu mereka pun bertemu, bermula dari kumpul bareng sampai riding bareng di Car Free Day. Sampai sekarang sudah ada 20 rider atau E-boarder di Jakarta menurut pernyataan Arieb. Bahkan bagi bung yang tertarik komunitas ini sangat terbuka.
“Saya biasanya ngajarin orang juga yang ingin main E-board, mulai dari anak kecil, perempuan sampai bapak-bapak. Dan ini mudah banget, cuma butuh waktu 15 menit sudah bisa mengendarainya! saat ngajarin mereka saya setting e-board ke slow mode karena di awal mereka hanya butuh balance,” cerita Arieb.
Demi mempopulerkan E-board komunitas ini memang tak mempunyai event tahunan. Namun saat Skateboarding Day! mereka biasanya ikut nimbrung nih bung untuk memperkenalkan E-board. Selain itu agar makin terlihat orang oleh orang awam, mereka juga mengadakan night ride, dilengkapi dengan lampu-lampu demi tampilan yang mencolok untuk mengundang rasa penasaran.
Mempopulerkan E-board menjadi sebuah trend memang tidak mudah, karena seperti yang kita bahas bahwa harga menjadi dinding pembatas antara keinginan seseorang dengan harga yang menjulang. Oleh karena itu Arieb berharap bahwa Indonesia mampu memiliki produk E-board sendiri.
“Salah satu visi misi dari komunitas @eboardjkt yang paling gua pengenin sih produksi E-board dalam negeri sendiri dengan part-part negeri. Meskipun itu sulit cuma gua harap ini bisa terjadi,” pungkas Arieb.
