Perdebatan antara dua gim MOBA smartphone atau yang kerap dipanggil sebagai gim MOBA analog, sudah mulai mereda. Meskipun masih ada saja beberapa orang yang memperdebatkan. Popularitas Mobile Legends, di Indonesia memang sangat besar terlihat dari antusiasnya para pecinta ML mendatangi event tournament sampai mantengin YouTube, guna melihat pemain pro yang melakukan live stream.
Tapi bayang-bayang, ML yang kerap unggul dari AOV mulai memudar, saat diumumkan oleh perwakilan Kemenpora kalau Arena of Valor akan menjadi salah satu gim yang dilombakan pada gelaran Asian Game ke 18th Jakarta-Palembang. Keputusan ini memicu pertanyaan, tentang kenapa tidak Mobile Legends saja yang diperlombakan di festival olahraga terbesar di Asia tersebut? Tapi kalau dibandingkan dari segala sisi secara komprehensif. AOV memang menang jauh dari ML, Bung! Salah satunya adalah soal keseimbangan dalam permainan.
Tak Ada Ketimpangan Permainan dari Gim Bernama Arena of Valor Ini
Sebenarnya dalam menentukan satu permainan apakah cocok diperlombakan atau tidak dapat dilihat dari keseimbangan gim itu sendiri. AOV dianggap sangat memenuhi aspek gim yang akan diperlombakan ini, terutama dalam urusan hero balance. Equipment atau skin yang digunakan tidak berpengaruh terhadap atribut atau stats.
Dibanding Mobile Legends di mana skin bisa berpengaruh kepada hero yang dipakai. Skin dalam AOV sendiri hanya mempercantik atau estetika, tidak merubah tampilan terutama dari segi kekuatan hero yang digunakan. Mungkin ini juga yang jadi pertimbangan hingga AOV layak dipilih untuk masuk di Asian Games.
Populer di 85 Negara, Tak Hanya di Asia Tenggara
Mungkin para die hard fans Mobile Legends, kerap menanyakan bagaimana AOV bisa lebih populer di 85 negara? Sedangkan dari total unduhan di Google Play Store dan AppStore saja kalah jauh ketimbang Mobile Legends. Memanfaatkan kesalahan fatal para die hard fans tersebut, AOV secara fakta memang dimainkan di 85 negara.
Adapun jumlah total unduhan yang sedikit karena AOV memiliki nama yang berbeda. Ini menarik Bung, terdapat 16 nama seperti Lin Quan di Vietnam, Penta Storm di Korea, Realm of Valor di Thailand, dan Strike of Kings di Negeri Tirai Bambu. Jadi apa yang dilihat oleh kalian, eh maaf maksudnya para die hard fans ML, hanyalah total unduhan yang ada di Indonesia saja.
Jenjang Permainan dari Newbie sampai Tingkat Profesional Terstruktur Jelas
Secara struktur, liga dan kompetisi yang dimiliki AOV menjangkau keseluruhan secara lebih baik, layaknya olahraga sepakbola. Karena kompetisinya menjangkau keseluruhan level permainan baik dari newbie, semi-profesional, sampai tingkat profesional.
Contohnya kalau di Indonesia, terdapat Valor Online Cup dan Tournament Battle of Valor dan tim-tim terbaik tersebut disaring menjadi pemenang dalam kompetisi tersebut dapat berjibaku dengan tim profesional di AOV Star League (ASL). Pemenang dari ASL bakal mewakili Indonesia di tingkat dunia pada ajang AOV World Cup, yang tahun ini diadakan di Los Angeles, dan Indonesia diwakili oleh tim Evos AOV. Sebagai catatan, ajang AOV World Cup tahun ini dimenangkan oleh tim asal Korea.
Memiliki Influencer yang Terkenal guna Merambah Popularitas AOV sebagai Gim Moba Bergengsi
Populer AOV sedang didongkrak secara perlahan dengan menggaet beberapa influencer dari kalangan orang-orang terkenal. Seperti artis, selebgram, blogger, sampai YouTuber dianggap memiliki pesan kuat dan mampu membius para followers untuk bermain AOV atau pindah dari ML menuju AOV. Ups…
Pewdiepie merupakan salah satu influencer yang memainkan AOV. Kemudian ada komposer dibalik film-film terkenal seperti Batman The Dark Knight dan Inception yakni Hans Zimmer. Sedangkan di Indonesia ada YouTuber macam Raditya Dika, Bayu Skak, dan Pokopow.
AOV Tak Terjerat Kasus Hukum seperti Mobile Legends
Selain para influencer yang mengambil peranan penting untuk membangkitkan AOV sebagai gim MOBA bergengsi. Ada pula para pro player Mobile Legends khususnya di Eropa yang beralih ke AOV. Seperti iFlekzz, Blue Panda, dan Zxuan. iFlekzz beralasan kalau Mobile Legends di Eropa tak begitu berkembang dan diminati terlihat dari turnamen yang diselenggarakan sangat jarang.
Sedangkan Blue Panda memiliki pandangan berbeda, Mobile Legends yang terlibat banyak kasus hukum mempengaruhi psikologisnys hingga merasa jenuh dan memutuskan untuk berhenti bermain. Sejauh berita ini diturunkan, AOV pun aman tak pernah ada berita miring. Terutama soal gim plagiat seperti gim MOBA “sebelah’. Baru kali ini ya Bung, Rumput tetangga tak lebih hijau.
