Debat seri pertama Capres dan Cawapres yang bertarung di Pilpres 2019 belum memberikan pemaparan gagasan yang membuat masyarakat tergugah. Sebagai calon pemilih masyarakat nampaknya harus dibuat nunggu lewat seri-seri debat berikutnya, untuk memanjakan telinga mereka dengan hal yang biasa.
Apalagi kalau bukan janji calon pemimpin. Janji atau bentuk gagasan tersebut diharapkan memiliki subtansi mutakhir yang membuat masyarakat berfikir siapa yang layak memimpin lima tahun ke depan di Bumi Pertiwi.
Adapun debat di seri pertama ini kurang mendapat antusias publik. Terlebih KPU selaku badan yang mengurus pesta demokrasi, memberikan kisi-kisi dalam debat, seperti sedang melaksanakan ujian sekolah. Hal tersebut dijadikan alasan bahwa adanya kisi-kisi membuat debat berjalan tidak menarik. Salah orang yang kecewa adalah Rocky Gerung, yang membuatnya makin geram adalah meski sudah diberikan bocoran, kedua capres masih saja menyontek dalam menjawab.
“Sekali lagi ini barang yang sudah tidak layak ditonton dari awal karena sudah ketahuan ini bukan debat tapi acara menghafal pertanyaan dan menduga jawaban,” katanya.
Bagi Rocky debat itu diibaratkan sebagai konser musik jazz yang di dalamnya penuh eksplorasi nada, dan imporvisasi pada saat pemain melakukan kesalahan. Tapi untuk debat yang semalam baginya tak lebih dari sebuah konser musik klasik yang diatur salah satu EO, penuh aturan dan kaku.
“Moderator pun kaku. Kenapa gitu karena temanya dibikin sempit-sempit. (seharusnya) dibikin ngalir saja sehingga orang boleh pindah hukum ke korupsi, pindah ke terorisme,” imbuhnya.
Tidak hanya Rokcy gerung yang menganggap debat berjalan hambar dan basi. Salah satu anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Nusron Wahid juga berpendapat sama. Terlebih ia menyalahkan KPU yang patut bertanggung jawab atas debat semalam, yang membuat acara debat benar-benar tidak menggigit untuk ditonton. Meskipun begitu ia tetap memaklumi apa yang dicoba oleh KPU demi menghadirkan suasana debat yang berbeda.
Dari kesuluran debat mungkin para pendukung masih yakin kalau debat semalam tidak bisa dijadikan patokan. Bahkan untuk menganggap kubu mana yang unggul, pasti akan dibantah, lantaran memiliki alasan masing-masing.
Namun salah seorang Pakar semiotika Universitas Padjadjaran, Kunto Adiwibowo menyatakan keunggulan debat semalam di menangkan oleh Prabowo-Sandi. Sikap tenang dan rileks menjadi peluru jitu bagi pasangan ini menjawab pelbagai pertanyaan.
“Prabowo-Sandi lebih unggul, karena lebih cair atau rileks. Sementara Jokowi-Ma’ruf terlihat tegang,” kata Kunto kepada CNNIndonesia.com.
Setali tiga uang dengan Rokcy dan Nusron, Kunto juga mengatakan kalau adanya skrip yang digunakan sebagai pembantu sangat merusak citra pasangan nomor urut 01. Meskipun secara elektabilitas ia yakin tidak turun secepat itu. Tetapi lewat hal ini sangat terlihat bahwa chemistry di pasangan nomor urut 01 tidak ada,
“Chemistry pasangan nomor urut 01 seperti tidak ada, tidak tahu karena apa. Skrip sepertinya sangat mengganggu, kisi-kisi itu merugikan 01, sehingga Jokowi fokus sontekannya,” katanya.
Dibanding pasangan nomor urut 01. Pasangan nomor urut 02 lebih terlihat kekompakkanya. Baik Prabowo maupun Sandi cukup aktif dalam menjawab berbagai pertanyaan yang diserang. Sedangkan di kubu sebelah Jokowi lebih terlihat berperang sendirian di medan perang. Membuat banyak jawaban yang dijawab tidak senada dengan subtansi pernyataan.
“Jokowi banyak jawab tak sesuai substansi, mungkin beban karena harus main sendiri di lapangan,” katanya.
