Pernah merajai liga domestik Italia sebanyak 18 kali, dan memboyong liga champions eropa sebanyak 7 kali. Membuat AC Milan berada di deretan tim-tim elite dunia. Bahkan, banyak yang berasumsi ketika itu Milan dapat menyalip perolehan trophy Real Madrid dan menjadi jawara baru di benua biru. Karena di tahun 2007. Milan berhasil dapat trophy ketujuhya, hanya terpaut dua trophy dengan Real Madrid, yang pada saat itu Los Blancos baru mengemas 9 trophy.
Sekarang AC Milan sedang terpuruk selama beberapa tahun belakangan. Permainan yang tidak konsisten. Sekaligus tidak padunya pemain membuat tim yang memiliki julukan I Rossoneri menjelma menjadi team medioker. Dari 17 pertandingan, Milan hanya berhasil 7 kali menang, 3 kali imbang dan menelan 7 kali kekalahan. Perolehan ini membuat Milan harus tegar di posisi 8. Di atas mereka ada Sampdoria dan Atalanta di posisi 7 dan 6. Sebuah tim yang memang medioker dari pada AC Milan.
Lantas ada apa ya bung dengan AC Milan? tim yang pada era-2000an merupakan tim yang ganas dan trengginas. Pemain-pemain seperti Andry Shevchenko, Filipo Inzaghi, Alesandro Nesta, Paulo Maldini dan Ricardo Kaka, pernah membuat gentar tim tim eropa. Apa lagi di serie A. Banyak faktor yang membuat AC Milan terpuruk sampai sekarang. Mungkin penderitaan kota Milan yang didapuk sebagai kiblat fashion dunia tersebut dapat kembali bangkit.
Pergantian Pelatih Yang Tidak Efektif Membuat I Rossoneri Gampang Runtuh
AC Milan seperti seorang anak ayam yang kehilangan induknya. Sejak era kepergian Massimiliano Allegri menuju Juventus. Milan tetap mencari siapa pelatih yang cocok untuk, menukangi tim yang sedang terlunta-lunta ini. Dengan segala sumber daya yang ada, Milan tetep ingin berkompetisi untuk menjadi jawara di italia.
Alhasil, pencarian pelatih pun dilakukan. Mulai dari mantan pemain seperti Clarence Sedorf dan Filipo Inzaghi. Dengan harapan kepiawaian mereka di lapangan pada era keemasan dapat menular ke skuad yang sekarang. Tapi nihil adalah jawaban. Kemudian manajemen pun kalang kabut dengan mencari penggantinya seperti Sinsa Mihajlovich, Christian Broochi, Vincenzo Montella sampai Gennaro Gattuso yang baru baru ini menjabat. Bahkan 3 kekalahan yang dialami Gattuso, membuat dirinya tertekan. Bahkan banyak kabar yang memberitakan tak lama lagi dia akan dipecat bung.
Dalam kurun waktu empat tahun. Tercatat ada 6 nama yang mencoba merakit kapal perang dari AC Milan. Namun semuanya belum ada yang memasuki kategori memuaskan. Sampai-sampai manajemen pun ikut terkena imbas dari kesialan. Pelatih Catania, Pietro La Monaco, menyebutkan CEO Milan, Marco Fassone, adalah biang keburukan Milan. Karena dia tidak mengerti sepakbola dan hanya mengurus asal-asalan, dalam satu wawancaranya terhada radio swasta di Italia.
Pergantian pelatih yang terlalu terburu-buru membuat AC Milan mengalami inkonsistensi di setiap pertandingan. Perbedaan formasi dan taktik setiap pelatih membuat pemain mulai bingung untuk berimplementasi di lapangan. Sangat disayangkan bung.
Pemain Baru Tidak Pernah Bersatu Padu, Ya Jangan Heran Kalau Sering Dilibas Beberapa Tim Tamu
Tak hanya mencari pelatih saja yang dilakukan manajemen Milan secara kalang kabut. Dalam proses pencarian pemain, tak jauh beda. Total AC Milan menghabiskan 115 juta poundsterling untuk belanja 11 pemain di jendela transfer musim lalu. Nama-nama seperti Andre Silva, Hakan Calhanoglu sampai Fabio Borini mengisi daftar skuad baru. Namun permainan yang kurang pada antara satu sama lain membuat Milan hanya puas menduduki papan tengah klasemen. Bahkan 7 kekalahan yang diderita. Sebagian terjadi di kandang sendiri.
Ketidapaduan pemain AC Milan pun diakui oleh mantan pelatih, Vicenzo Montella bung. Pada saat kalah 1-4 oleh Lazio di musim ini, seperti dilansir mediaset premium. Montella mengatakan, “Lazio melakukannya dengan sangat baik dan mereka bersih dalam penyelesaian akhir. Kami tidak punya kekuatan mental untuk melawan, karena semua ingin mengubah permainannya sendiri, tidak bekerja sebagai tim.”
Jor-joran dalam belanja pemain namaknya tak menyelamatkan muka AC Milan di musim ini. Bahkan ada 4 pemain yang tidak terpakai secara efektif. Seperti Gabriel Palleta, Gustavo Gomez, Niccolo Zanellato dan Antonio Donnaruma.
Menjalankan Sebuah Tim Sepakbola Memang Menggiurkan Dan Terlihat Menyenangkan. Tapi Kalau Banyak Utang Ya Sayang..
Hutang AC Milan menempati di urutan 5 dalam 10 tim yang memiliki utang terbanyak di Eropa. Kalau bung masih membela bahwa itu tidak mungkin, bisa dilihat ketika Milan menjual Kaka di tahun 2009. Pemain yang begitu loyal dan menjadi pangeran di San Siro, markas AC Milan. Dilego secara mahal ke Real Madrid. Hasil dari penjualan Kaka dilakukan untuk menambal utang klub. Maklum utang klub ini mencapai 249 juta poundsterling, atau setara dengan Rp 3,629 trilliun. Sekarang Milan dimiliki oleh pemilk baru yakni pengusaha asal Milan yang berdarah tiongkok, Li Yonghong.
Kalau Banyak Utang, Yang Dilakukan Adalah Jualan
Krisis finansial yang dialami Silvio Berlusconi memang sampai membuat dirinya menjual Ricardo kaka, namun hasil penjualan tak menutup hutang milan. Alhasil, Silvio pun menjual sahamnya sebesar 99,3 persen kepada Li Yonghong. Pengusaha asal Milan ini menggelontorkan 627 juta Poundsterling. Memiliki optimis menjalankan klub, namun kondisi Milan yang terpuruk juga membuat Yonghong kelabakan. Ia pun turut melakukan hal yang dilakukan oleh Berlusconi. Dengan menjual 25% saham AC Milan, dipatok dengan harga 200 juta euro untuk menutup hutangnya kepada perusahaan Amerika Serikat, Grup Elliot.
Kangen Sih Bung, Tapi Kalau Kembali Dan Menjadi Kambing Hitam. Lebih Baik Nanti
Striker bengal dan kontroversi ini pernah berseragam I Rossoneri dari musim 2013 sampai 2016 sebelum ia berkelana ke liga Perancis, ia adalah Mario Balloteli. Mendengar kabar terpuruknya mantan tim. Membuat Balloteli sedih, Ballo pun mengatakan kalau ia juga cinta dengan Milan. Tapi ada banyak hal bung yang nampaknya membuat ia enggan untuk kembali ke liga itali.
“Saya tidak ingin ke Milan diperlakukan sebagai penyelamat mereka, tapi kemudian dituduh sebagai penyebab krisis, disalahkan atas hal-hal yang tidak saya lakukan. Itu selalu menjadi risiko buat saya,” ucap penyerang Italia itu kepada skysport.
AC Milan memang sedang jadi tim pesakitan yang sedang berjuang. Dengan segala kondisi yang tidak begitu nyaman, mulai dari lapangan hijau, ruang ganti, stadion sampai manajemen sedang bersedih dan berdarah-darah untuk tetap berjuang. Semoga mereka kembali ya bung, seperti di era 2000-an.
