Waktu untuk menjadi keluarga itu singkat, cuma 20 tahun! Kutipan itu diambil dari Simon Kuper seorang kolumnis dari financial times. Banyak dari kita yang tidak sadar dengan kalimat itu. Bahkan tak jarang seolah menerima waktu itu begitu saja tanpa usaha.
Coba pikirkan, kita dilahirkan dibesarkan oleh orang tua. Di usia belasan, sebagai laki-laki kita sudah tertarik dengan lawan jenis. Banyak dari kita sudah memiliki pasangan di usia kisaran 25 tahun dan membangun keluarga sendiri. Bagi mereka yang masih belum berpasangan tak jarang juga memilih untuk tinggal sendiri. Itu artinya waktu kita dengan orang tua hanya 20 tahun saja!
Lantas dari 20 tahun itu, apa yang bisa kita ceritakan tentang orang tua? Apa yang kita ingat? Naturalnya sebagai manusia kita cenderung hanya mengingat hal-hal terakhir yang dilakukan orang tua.
Kita hanya menceritakan bagaimana ayah yang sudah mulai datang pikunnya bolak-balik menyiram tanaman yang sama. Kita asyik menceritakan ibu yang kesulitan menghidupkan gadget canggih yang baru kita beli.
Bahkan untuk yang sudah ditinggal orang tua, sebagian besar isi kepala kita hanya diisi hari-hari terakhirnya. Bagaimana kita menemani malam kala mereka hanya terbaring lemah. Bagaimana mereka menghela nafas satu-satu lewat bantuan alat.
Beginikah cara kita ingin dikenang oleh anak kita nantinya? Beginikah kita ingin diingat sebagai seorang pria? Tidak! Demikian juga dengan orang tua kita. Tentunya mereka ingin dikenang di masa terbaiknya.
Masa dimana ia masih cakap bekerja. Masa dimana ayah kita menjadi pekerja keras, pemimpin tim, divisi, perusahaan atau apapun itu. Masa dimana ibu kita adalah pekerja pintar yang mampu membagi pekerjaan dan keluarga. Beginilah mereka ingin dikenang.
Mereka ingin kita mengingat hadiah-hadiah yang diberikannya ketika kita berulang tahun. Ayah kita ingin dikenang ketika menjadi kuda dalam permainan ketika kecil. Ibu kita ingin dikenang sebagai orang yang memberikan pelukan mesra ketika kita sakit.
Cobalah buka kembali foto-foto lama mereka. Segarkan kembali ingatan terbaik dan paling menyenangkan yang pernah kita alami. Hadapi kembali mereka dengan senyuman. Sebagaimana dulu dimasa kanak-kanak kita pernah tersenyum walaupun sudah dimarahi habis-habisan sehari sebelumnya. Waktu kita singkat 20 tahun saja!

embi
April 23, 2013 at 5:21 pm
sedih baca nya 🙁
Yuwanda Maulana
November 6, 2014 at 1:16 am
Terima Kasih banyak dan apresiasi yang besar buat adminnya dengan artikel ini, setidaknya membuka kembali kenangan pikiran lampus dimasa usia 20thn. Tetap berkarya!!! “Karena Kita Laki-Laki”.