Kenikmatan yang hakiki di kala dewasa seperti ini adalah melangsungkan pernikahan tanpa ada bala bantuan dana dari kedua orangtua. Pernikahan sama dengan pembiayaan, rasanya istilah ini tepat karena membangun ritual sehidup semati memang tidak murah Bung. Harga yang beragam tersebut tergantung seberapa kuat keuangan calon mempelai.
Dikala banyak calon pasangan pengantin yang memohon bantuan orangtua untuk menambal biaya, Bung harus mencoba tak membebani orangtua untuk kesekian kalinya. Bung bisa merancang tampilan pernikahan secara sederhana, tak usah berkhayal dapat merancang pernikahan bak artis televisi. Lakukan saja semampu diri karena disitulah letak kenikmatan yang murni dan hakiki.
Perjuangan Tak Pernah Ada Yang Dimudahkan Sampai Bung Dapat Mewujudkannya. Dan Hal Itulah Yang Dinamai Pengorbanan
Kalau berbicara pengorbanan yang dilakukan pasangan-pasangan yang sedang berjuang untuk menikah, pastilah soal tabungan. Ya Bung, menabung untuk menikah adalah sebuah perjuangan. Bung harus menyisihkan dari serpihan gaji yang tidak besar nominalnya, selain ada saja halangan ingin membeli keinginan namun tidak kesampaian lantaran Bung selalu diperingatkan soal biaya pelaminan yang dapat melemahkan iman. Pada masa-masa itulah ketabahan Bung sebagai laki-laki diuji, sekaligus sejauh mana keseriusan Bung bersama si nona untuk menikah di masa depan pun dibuktikan.
Sampai Pada Satu Titik, Bung Dapat Membedakan Antara Prioritas Dan Gengsi Secara Teliti
Ketika kegiatan menabung untuk pernikahan telah berjalan. Pastilah banyak godaan yang mencekam hasrat dan birahi untuk belanja. Dari yang bebas dan marak berseliweran di sosial media sampai pada forum jual beli ternama. Ketika Bung telah dapat berbicara soal masa depan lewat pernikahan, berarti ini sudah menjadi tanggung jawab bersama antara Bung dan si nona.
Tak ayal semua barang atau pun jenis kegiatan harus didiskusikan untuk mencari tahu mana yang perlu didahulukan. Jangan sampai atas dasar ego dan pikiran jika ini merupakan penghasilan pribadi, membuat Bung tak peduli soal prioritas dan juga gengsi. Namun, dengan niat Bung yang ingin membiayai pernikahan diri sendiri pasti Bung tahu apa yang harus dilakukan. Karena menikah adalah perihal kesakralan sekali seumur hidup.
Kesiapan Mental Dapat Menjadi Bekal Yang Terpatri Secara Natural Kala Merancang Pernikahan Sebagai Ajang Yang Sakral
Banyak juga pasangan yang lebih dulu menikah mengatakan kalau pernikahan adalah soal mental. Bukan hanya sekedar urusan menyatukan kedua pasangan secara sah. Apa lagi bagi Bung yang menyiapkan pernikahan lewat peras dan keringat sendiri, otomatis mental pun semakin matang dan teruji.
Mental yang hadir secara natural, bukan secara pretensius yang mana buat Bung berlaku atau seolah-olah handal dalam hal yang mengikat dua sejoli ini. Belum lagi Bung kerap bertanya kepada orangtua atau orang disekitar Bung yang lebih dulu menjalani. Dengan banyaknya masukan sekaligus saran soal pernikahan, buat Bung semakin paham. Ibarat prajurit yang sedang memahami medan perang.
Pernikahan Yang Diracik Matang Secara Mandiri Membuat Bung Menghargai Hubungan Ini
Trend pelakor yang mewabah menyerang setiap pasangan mungkin tak akan terjadi kepada Bung. Karena Bung telah tahu rasanya berjuang dengan si nona membangun mahligai rumah tangga ini dengan mesra dan juga mandiri. Komitmen yang dulu terucap semasa pacaran baru seumur jagung ternyata diijabah oleh Tuhan. Hingga para pelakor tak mungkin dapat mencuri serpihan hati Bung.
Inilah Bagian Terbaiknya, Ketika Hari Pelaminan Tiba, Bung Merasa Ini Adalah Hari Suci Nan Bahagia
Tidak hanya tekad yang dibulatkan ketika mengultuskan kalau pernikahan yang dilakukan tak akan melibatkan kedua orangtua. Tetapi juga ketekunan Bung, dan ini sikap dari real men yang harusnya diagungkan. Kalau Bung sering melihat celotehan stiker “Real Man Use Three Pedal”, rasanya tak afdol apabila dibandingan dengan man yang membiayai pernikahannya sendiri. Seketika Bung membuka mata, terlihat dekorasi, tamu, sampai singgasana dengan si nona sudah tertata rapi. Bung bakal bangga, dan pernikahan itu akan menjadi momen yang tak mudah dilupakan. Sebab kenikmatan yang hakiki itu adalah hal yang diupayakan secara ikhlas dari dalam hati dan sanubari.
