Pergi menikmati jamuan kopi, nampaknya jadi sesuatu yang sulit kita hindari. Apa lagi jika Bung memang salah satu penggila kopi yang terbilang expert. Menjadi bagian dari diri, beberapa teman mengaku lebih memilih tak makan nasi asal minum kopi.
Minuman hitam dengan rasa yang cenderung pahit ini memang bak candu, bahkan sering membuat rindu. Beberapa tahun terakhir kopi memang banyak digilai, tak perlu kami sebutkan satu per satu, Bung yang pecinta kopi tentu lebih paham.
Lupakan dulu kopi-kopi kekinian yang digandrungi para milenial, kali ini kami ingin mengajak Bung menikmati romansa kopi tradisional. Dan salah satu tempat kopi yang patut dilirik, ada di pinggiran barat Jakarta. Terpaku pada pusat kota, barangkali Bung juga belum tahu jika bagian barat Jakarta punya beberapa tempat yang bisa menemani diri menghabiskan akhir pekan. Dan salah satunya adalah Kong Djie Kopi di Citra Garden City 6, Jakarta Barat.
Tapi kenapa harus Kong Djie Kopi Citra 6?
Jauh dari Hiruk Pikuk Kota, Bung Bisa Lebih Menikmati Rasanya
Lupakan dulu deretan kedai dan kafe yang menyediakan kopi dengan berbagai macam rasa di tengah-tengah kota. Kali ini kami memang ingin mengajak Bung menikmati kopi dengan suasana berbeda.
Terletak di deretan ruko di dalam perumahan Citra Garden City 6, hanya butuh 10-15 menit dari Cengkareng. Terletak sedikit nyempil, Bung yang pernah ke Belitung tentu sudah khatam dengan yang namanya Kong Djie.
Disebut-sebut sebagai Starbucknya Belitung, Kong Djie Kopi jadi salah satu tempat yang masih mempertahankan keotentikan cita rasa dan suasana ngopi sejak tahun 1943. Siang itu sehabis hujan mengguyur pada pagi harinya, saya masuk dan langsung disapa dengan suasana menyenangkan.
Meski dengan Harga yang Terbilang Cukup Murah, Bung Tak Perlu Ragu Soal Rasa
Di dalam komplek? Pasti Mahal!
Jadi ekspektasi pertama saya ketika memutuskan untuk membuka pintu tempat ini. Namun setelah mencoba berkenalan dan ngobrol-ngobrol sebentar dengan sang pemilik, saya merasa bersalah. Sebab ternyata harganya terbilang cukup murah.
Untuk jenis kopi hitam biasa Kong Djie hanya mematok harga 12 ribu rupiah, kopi susu 15 ribu dan beberapa varian lain yang bersahabat denga saku.
Dari beberapa tempat ngopi yang pernah saya datangi, ini jadi kedai kopi pertama yang terasa cukup murah. Lalu bagaimana soal rasa? Tentu akan sulit untuk dijelaskan. Karena Bung sendiri tentu paham, lidah dan penilaian setiap orang tentu tak sama.
Satu hal yang bisa saya tangkap dari rasa kopi di sini adalah cita rasa khasnya yang cukup berbeda, lengkap dengan cara penyajian yang juga bak daerah asalnya. Dibuat dari campuran biji kopi Arabica dan Robusta, jadi perpaduan yang pas untuk rasanya. Ada pahit dengan manis yang menyeimbangkan rasa. Bahkan untuk Bung yang mungkin jadi pemula, kopi-kopi di sini bisa jadi solusinya.
Dan Tak Perlu Jauh-jauh Ke Belitung, Sebab di Seputar Jakarta Sudah Ada Beberapa Cabangnya
“Nggak usah jauh-jauh ke Belitunglah sekarang, tinggal datang kesini saja. Kopi dan beberapa makanannya juga datang langsung dari sana,” ujar Pak Wandi disela-sela obrolan. Sekedar informasi, Pak Wandi adalah pemilik kedai yang saya kunjungi ini. Beliau menuturkan, jika kedainya yang ada di seputaran Jakarta memang telah menjadi waralaba, termasuk yang sedang saya datangi.
“Kalau yang udah pernah ke Belitung, pasti sudah tahu Kong Djie. Jadi nggak perlu dijelasin kalau udah tahu rasa pasti ia berusaha untuk cari.” katanya menambahkan.
Siang itu, saya memang hanya mencoba kopi susu dan Mie Atep Belitung yang konon juga menjadi makanan khas dari sana. Untuk kopi saya sengaja memilih kopi susu. Karena dari beberapa review, menu ini yang mendapat rating tinggi. Dan benar memang, rasa manis dan pahit yang tersaji jadi perpaduan baik untuk dinikmati.
Ciri Khas yang Masih Terbilang Tradisional Jadi Pengalaman Lain yang Bisa Bung Dapatkan
Untuk Bung yang berniat datang kesini, di bagian depan kedai Bung akan disambut dengan jajaran termos almunium putih berbagai ukuran yang juga jadi landmark Kopi Kong Djie.
Dan di tempat asalnya, pada salah satu wawancara, Ishak anak kedua dari marga Ho pendiri kedai Kopi Kong Djie pernah berkata, jika dulu ceret-ceret tersebut tadinya terbuat dari baja, yang juga jadi ciri khas tempat kopi zaman dulu.
Bahkan untuk air panasnya, mereka mengaku masih menggunakan tungku arang namun tetap dibantu dengan tenaga gas, agar aroma dan rasanya tetap keluar. Dan rahasia lain dari cara pembuatan kopi Kong Djie adalah air yang benar-benar mendidih.
Kesan Tradisional Memang Dekat dengan Para Orang tua, Tapi di Kong Djie Siapa Saja Bisa Minum Kopi dengan Suka-suka
Dari nama kedainya, Bung mungkin akan berpikir jika mayoritas peminum kopi yang datang kesini adalah para orang tua yang mungkin sudah lanjut usia. Saya pun tadinya berpikir sama.
Namun ketika masuk kedalam, ternyata pikiran saya salah. Seakan menguatkan pemikiran saya yang salah, Pak Wandi yang dengan suka hati menjawab semua pertanyaan saya berujar, “Di sini nggak cuma orang tua sih, kalau pagi mungkin iya. Itu mereka yang habis olahraga singgah, agak siangan sedikit ada beberapa orang yang bahkan ibu-ibu. Pada nungguin anaknya pulang sekolah, ke malam sekitar diatas jam tujuan mungkin bapak-bapak atau anak muda juga yang seusia 23 sampai 26 tahun lah,”
Sependapat dengan sang empunya kedai, akhirnya saya pun setuju jika Kong Djie jadi salah satu tempat yang tak terbatas untuk siapa saja. Bahkan mereka yang sudah memang tahu rasanya, konon bisa datang 1 hingga 3 kali dalam sehari.
“Bayangin aja nih, kita ada beberapa orang pelanggan yang bisa dalam sehari datang tiga kali. Udah kaya candu gitu. Dan itu bukan cuma laki-laki saja, perempuan juga ada. Jadi jika satu kali aja beliau ngerasa ada yang tak seperti biasa, dia bakalan buru-buru protes. Ada yang kurang nih,” ungkap Pak Wandi.
Terlepas dari saya yang memang sedang ingin tahu seputar kedai kopi miliknya, saya rasa tempat dan pemiliknya memang jadi kombinasi yang pas untuk menikmati akhir pekan yang istimewa. Mereka dekat dengan pelanggan, pun sangat terbuka untuk mendengarkan beberapa komentar.
Bahkan salah satu pelanggan setianya, yang mengaku sudah pernah menikmati kopi di berbagai daerah di Indonesia mengakui jika rasa dari Kong Djie memang beda.
“Bukan berarti kopi di daerah atau kedai lain nggak enak, tapi feedback dari beberapa customer Kong Djie memang punya nilai dan nyawa sendiri. Tapi kami percaya sih, kalau setiap daerah di Indonesia memang punya kopi-kopi yang luar biasa.” ujar beliau menutup obrolan.
