Pergaulan, nafsu dan asmara semu bisa membuat sepasang kekasih bersikap kelewat batas yang seharusnya belum dilakukan sekarang, tapi nanti. Tabu menjadi tembok di mana hal ini jarang dibicarakan, atau sudah dibicarakan namun tidak memiliki solusi pasti lantaran takut mendapat justifikasi.
Seperti kasus di mana si nona hamil duluan, akibat nafsu yang menggunung antar insan. Masalah si nona hamil duluan menjadi masalah pelik. Bayangkan saja bung, orang yang mau menikah saja kerap memikirkan sampai pusing tujuh keliling, apalagi yang nikah dadakan karena kecelakaan macam begini.
Menurut sebuah data yang dikutip dari Sobatask antara tahun 2010 sampai 2014. Lebih dari 32 ribu perempuan di Indonesia mengalami kehamilan tak diinginkan alias KTD. Korban KTD mencakup perempuan yang sudah menikah, dan melibatkan anak muda bahkan sampai yang duduk di bangku sekolah juga bisa menjadi korban.
Ini bukan lagi bicara pengawasan, tetapi lebih kepada mengakomodir nafsu. Namun kalau sudah kepalang tanggung dan perut si nona sudah mengandung. Bung mau berkata apa?
Takut Mengambil Risiko, Mencoba Cara yang Berisiko
Nanas muda, dianggap menjadi solusi dari permasalahan bagi mereka yang tidak ingin bertanggung jawab. Bisa juga diambil sepihak lantaran bung takut guna menghadapi hal yang belum bisa di handle. Konon katanya buah satu ini dapat menggugurkan kandungan, meskipun agak tabu dibicarakan sekaliber dalam tulisan ini, tetapi fakta di lapangan banyak yang melakukan.
Miris kah? iya, tapi bagi mereka yang terjebak dalam kasus ini menganggap ini jalan pintar. Ibarat maling yang menggali bawah tanah demi keluar dari penjara.
Belum lagi ada beberapa curhatan dari teman-teman di tongkrongan yang menyarankan memakai obat-obatan atau menenggak soda guna menghancurkan janin. Tapi apakah memang seperti itu bung? bahwasanya laki-laki gemar melakukan tapi takut untuk bertanggung jawab. Pilihan dan jawaban tentu ada di dalam diri bung masing-masing.
Mereka yang Gentle Coba Bertanggung Jawab Meskipun Tak Tahu Apa yang Dihadapi
Kami tidak streotipe bahwa laki-laki berani melakukan tapi tidak bertanggung jawab, seperti di kalimat akhir di atas bahwa setiap laki-laki memiliki pilihan dan jawaban masing-masing. Lengkap dengan pertimbangan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Namun kami harus angkat topi alias salut kepada mereka yang mau bertanggung jawab. Karena ini sangat berat, terutama saat mengakui perbuatan ena-ena ini kepada orang tua sendiri dan juga orang tua si nona.
Tentu cenderung berat kepada orang tua si nona, yang biasanya tak rela ketika anaknya ternyata menjadi korban MBA atau Married By Accident. Bahkan kawan dari penulis pun pernah ada yang mengalami hal ini, ketika ia mengakui kalau ia membuat pasangannya hamil tiba-tiba sepucuk pistol bersandar di kepalanya. Mengerikan. Namun mau bagaimana lagi, karena ini sudah menjadi risiko yang harus ditanggung dan diemban, jadi hadapilah karena kalian yang memilih jalan ini.
Persiapan Kalian Terbatas Hanya Sembilan Bulan
Tentu sembilan bulan menjadi waktu yang paling normal untuk kalian bersiap-siap saat menanggung risiko ini. Bukan apa-apa, karena si nona akan mengandung di bulan kesembilan. Tentu kalian hanya memiliki persiapan minim, di fase-fase awal kalian akan dibuat pusing dengan ucapan, “Aku nggak dapet-dapet”, “Aku telat 3 bulan” . Psikis kalian terserang karena belum bisa menerima kenyataan kalau sebentar lagi kalian akan menjadi ayah, iya seorang ayah.
Segala macam tetek bengek mulai dari ngomong dengan orang tua. Maaf, maksud kami jujur kepada orang tua (terkait hamil duluan). Kemudian menyatukan keluarga guna membicarakan perihal pernikahan dadakan ini seperti apa.
Dapatkah bung bayangkan betapa peliknya persiapan akibat nafsu ini. Di saat usia bung yang sedang bertarung demi karir dan menghabiskan setengah gaji sebagai balas dendam akan peliknya pekerjaaan, harus mulai mengurusi rumah tangga sampai membeli susu dan popok.
Malu Bertemu Dengan Mereka, Karena Justifikasi Selalu Menghantui Anda
Enggan bertemu dengan teman, kawan, bahkan tetangga karena kerap membicarakan betapa kasihannya kalian yang harus bertarung sebagai ayah dan ibu di usia belia (tentu bagi kalian yang masih pelajar). Itu masih wajar, karena ada rasa empati. Hey bung, kita hidup di mana setiap omongan orang lain terkait kesalahan sama dengan kepedihan.
Justifikasi yang mengarah kepada kalian, terutama bung, akan dicap sebagai laki-laki tidak benar sampai kepada sebutan keji lainnya yang tak mungkin disebutkan di sini. Butuh waktu dan mental yang kuat untuk menghadapi tekanan semacam ini, bersyukur kalau kalian tumbuh di wilayah atau dikelilingi orang-orang yang support saat kalian salah. Tetapi naas kalau kalian berada di lingkungan yang memandang kesalahan secara mutlak dan kebaikan tidak pernah dipandang.
Lebih Baik Tahan Hingga Nanti, Daripada Tak Kuat Menahan Risiko Segudang Arti
Alangkah baiknya untuk menahan nafsu ena-ena ini hingga nanti. Secara logika mungkin bung sulit untuk memikul beban menjadi calon ayah, memiliki tanggung jawab untuk menghidupi istri dan anak. Seyogyanya lakukan lah semua itu saat bung menikah, karena kenikmatannya jauh lebih terasa.
Tapi bagi bung yang nakal dan bandel, coba fikirkan risikonya, mungkin bung bisa memakai pengaman dari pada merenggut masa depan si perempuan. Hamil itu bukan perkara mudah dengan mengeluarkan seorang bayi dari badan, itu harus bung camkan.
Meskipun banyak teori berseliweran kalau ena-ena kurang nikmat pakai pengaman, coba fikirkan kembali apakah bung siap menerima risiko seandainya nasib apes menghantui, seonggok sperma menjadi seorang bayi?
