Keseringan masturbasi diyakini penyebab seseorang mengalami disfungsi ereksi. Tapi secara medis hal ini tidak dikatakan sebagai penyebab loh bung. Karena tidak ada dampak dari seseorang masturbasi ke arah disfungsi ereksi secara menyeluruh. Dikutip dari Himedik, menyatakan kalau disfungsi ereksi ternyata adalah klaim yang tidak sepenuhnya benar.
Lebih lanjut lagi, di sana dikatakan kalau masturbasi memang bisa mempengaruhi faktor penyebab disfungsi ereksi, tapi tidak secara langsung menyebabkannya. Beberapa penelitian juga menunjukkan kalau keseringan masturbasi dapat berkontribusi terhadap disfungsi ereksi, dengan menurunkan rasa sensistif seseorang terhadap citra dan keintiman fisik tertentu.
Namun di sisi lain, Planned Parenthood justru menjabarkan hal yang bersebrangan dengan penelitian di atas. Penelitian ini menyebut bahwa masturbasi memiliki manfaat kesehatan, seperti melepaskan ketegangan, mengurangi stres sampai membantu tidur. Meskipun begitu ini bukan alasan bagi bung untuk ereksi lagi setelah melakukan masturbasi, karena ada periode yang disebut periode refraktori laki-laki. Kondisi ini dapat dikatakan sebagai waktu pemulihan sebelum laki-laki dapat ereksi dan ejakulasi lagi.
Dalam sebuah studi juga pernah dikatakan kalau ada seorang laki-laki yang percaya kebiasaan masturbasi membuatnya mengalami disfungsi ereksi. Bahkan si laki-laki tersebut berniat mengakhiri pernikahan lantaran malu tidak pernah memuaskan nafkah bati sang istri. Namun setelah ia menjalani konsultasi ke dokter, ternyata didiagnosis mengalami gangguan depresi berat, bukan karena masturbasi.
Setelah itu ia melakukan konseling seks dan pergi ke terapis perkawinan, laki-laki dan pasangannya pun dapat melakukan hubungan seksual setelah beberapa bulan. Jadi dapat dikatakan bahwa memang masturbasi memang faktor penybab disfungsi ereksi tapi tak utama.
Lantas apa saja yang menyebabkan disfungsi ereksi? diketahui yang menyebabkan dapat dari fisik dan psikologis, seperti dalam beberapa kasus. Dalam penyebab fisik meliputi penggunaan alkohol atau tembakau berlebihan, tekanan darah tinggi atau rendah, kegemukan, dia betes, kolesterol tinggi, penyakit kardiovaskular sampai kondisi multiple sclerosis atau penyakit parkinson. Sedangkan dari sisi psikologis adalah stres.
