Seketika, hubungan pada saat pacaran tidak selalu adem ayem seperti Bung sedang melakukan pendekatan. Karena ketika menjalin hubungan sebagai insan kekasih ada saja hal yang memantik emosi dari yang terkasih. Semua itu ditengerai, karena sifat asli baru terlihat ketika telah berpacaran, maklum saja sebelumnya tak semua sisi diri ditampilkan. Namun, hal itu wajar saja Bung karena pacaran tanpa pertengkaran ibarat sayur tanpa garam.
Kini, tanpa bung sadari si nona sering meluapkan kemarahan. Sementara Bung jadi pihak yang selalu disalahkan kerap kali bersabar dan terdiam. Entah menahan emosi atau coba menelisik apa sebenarnya yang terjadi. Dan ketika Bung diam pun, terkadang si nona malah terpicu makin memarahi. Nah, apakah Bung sendiri tahu alasan Bung selalu diam ketika si nona marah-marah atau ngambek?
Bung Terkadang Tak Bisa Marah Sebelum Mengetahui Apa Pencetusnya
Ketika si nona marah, Bung sesungguhnya tahu apa yang membuatnya marah. Namun, Bung lebih memilih diam dulu daripada menyela pembicaraan si nona. Hal ini dilakukan bukan karena Bung tidak peduli atau cuek. Tapi ini jadi salah satu cara Bung menghargai sikap si nona, yang sebenarnya telah peduli agar semakin baik lagi. Toh dengan Bung mendengarkan lebih dahulu hal yang mengganggunya, Bung bakal bisa lebih menyikapi kemarahannya yang terkadang membuat keki.
Membiarkan Si Nona Meluapkan Kemarahannya Dahulu, Baru Bung Akan Menyikapinya
Bung paham dengan etika bahwa menyela omongan lain adalah tindakan tak sopan. Dan Bung pun paham bahwa si nona pasti akan kian marah bila Bung bersikap seperti itu. Karena itu mungkin saja Bung lebih memilih diam dan menunggu sampai si nona selesai berbicara, hingga amarahnya mulai mereda. Karena Bung paham, memaksakan diri berbicara saat si nona didera kemarahan tentu akan percuma. Sehingga Bung pun secara tidak sadar pun mengerti, jika si nona sedang marah sebaiknya memamng didiamkan dan tunggu hingga kemarahannya mereda.
Daripada Membuat Situasi Kian Kacau, Bung Pun Memilih Diam Saat Dipermasalahkan Si Nona
Ada saja hal yang dijadikan alasan si nona untuk mempermasalahkan Bung. Seperti telat menjemput misalnya, tanpa mendengar penjelasannya Bung langsung dikenai omelan mentah-mentah. Dan Bung pun kerap kali mengambil langkah untuk diam daripada berusaha membela diri dan membuat situasi kian memanas. Bukannya Bung tidak memiliki argumen, namun Bung ingin menghindari keributan yang tidak jelas. Bahkan secara tidak sadar, Bung pun lebih memilih untuk menjelaskan ketika nanti kondisi si nona sudah tidak diselimuti emosi jiwa.
Bung Suka Minta Maaf, Sembari Memikirkan Inti Masalah Secara Tidak Sengaja
Sebenarnya apa yang Bung pikirkan soal kesalahan Bung adalah bagian dari introspeksi diri, lho. Bung mungkin tidak menyadari, sebab saat itu yang ada di kepala Bung hanya kenapa Bung disalahkan sebegitunya oleh si nona. Mungkin Bung sebal, tetapi ketahuilah Bung, sebagai laki-laki yang tegar, sifat diam Bung adalah proses introspeksi. Mungkin pada saat Bung dimarahi Bung tidak sadar, tetapi kalau Bung pikirkan itulah kenyataan yang terjadi berikut alasannya.
Namun Ketika Bung Diam Dan Disalahkan, Bukan Berarti Salah, tetapi Mengalah
Rasa sayang memang tak bisa dipungkiri bakal menyelimuti dalam pertengkaran. Meskipun emosi terkadang meluap tapi itu hanya sesaat. Bung mungkin sulit minta maaf duluan. Namun ketika Bung disalahkan dan mengalah tapi tidak salah. Bung pun harus memikirkan bahwa hal tersebut bukan sifat kelemahan Bung, namun sebagai kebaikan Bung dengan si nona. Maka dari itu, ketika setiap laki-laki berdiam saat perempuannya marah-marah, bukanah soal sifat cuek tapi lebih pada perihal alasan.
