Lebih Baik

Tak Dapat Membangun Hubungan Baik Dengan Rekan Kerja, Bisa Mengancam Karir Anda

Reputasi terkadang rusak dan hancur dengan kesalahan yang diperbuat, bukan dengan atasan melainkan dengan rekan kerja. Sebuah survei dilakukan oleh VitalSmarts yang menemukan kalau 83% orang pernah mengetahui dan melihat orang lain membuat kesalahan membahayakan karir dan reputasi. 69% lainnya mengakui kalau mereka sendiri yang melakukan kesalahan yang membuat karir mereka cenderung terancam. Sepeti meminta promosi, kenaikan gaji, merusak hubungan kerja dengan rekan kantor, sampai merusak reputasi diri sendiri.

Membangun karir tidak mudah. Beberapa orang harus mati-matian untuk berada di garda terdepan suatu perusahaan. Mulai dari sikut-sikutan sampai rela menjebak rekan kerja lain. Aktivitas jahat semacam ini sudah bukan hal tabu lagi di suatu perusahan.

Namun ada kalanya bung berfikiran kalau tidak membangun hubungan harmonis dengan rekan kerja bisa membuat bung didepak. Karena lingkungan kantor tidak lagi ceria sekaligus tidak begitu mendukung untuk bekerja. Selain itu ada beberapa alasan yang harus bung simak, apabila tidak ingin karir jalan di tempat atau bung didepak.

Gemar Cari Muka di Depan Atasan, Mendapat Permusuhan dari Beberapa Rekan

Beberapa orang memang ada yang pintar untuk bermuka dua sampai jadi penjilat atasan. Kami yakin bung tidak handal dalam soal ini kan? selain jalan pintas medongkrak karir dengan cara kusut. Sikap menjilat atasan otomatis menimbulkan omongan sekaligus permusuhan dari rekan-rekan kerja lainnya.

Seseorang yang meningkatkan hubungan dengan atasan tetapi tidak dengan merendahkan rekan kerja lain, mungkin adalah upaya yang dicari. Tetapi rekan kerja pasti tak bisa diam apabila ada seseorang yang mendongkrak karir dengan cara licik secara terang-terangan. Otomatis karir orang tersebut dapat terancam.

Jangan Pernah Puas Dengan Kemampuan yang Dimiliki, Terus Belajar Khususnya dalam Hal Teknologi

Mempertajam keterampilan baru adalah hal yang harus diutamakan. Jangan mentang-mentang sudah level tinggi di satu perusahaan, tidak lagi mepelajari hal-hal baru. Kalau bung nyaman berada di titik tersebut, bung bisa membunuh karir diri sendiri.

Segala perubahan terjadi, dan itu tidak dapat dihindari. Terus kembangkan apapun yang sedang bung pelajari, terutama teknologi. Karena sulit untuk mengejar apabila sudah tertinggal.

Jangan Membiasakan Menolak, Beradaptasilah dengan Perubahan

Sebuah survei melibatkan 91% responden mengatakan kalau karyawan paling sukses adalah orang-orang yang bisa beradaptasi dengan perubahan tempat kerja. Meskipun semua orang tahu kalau perubahan bisa terjadi kapan saja, tetap ada saja seseorang yang menolak dan tetap memelihara cara-cara lama dalam penyelesaian masalahnnya.

Toh dalam perubahan bung tidak dituntut untuk menyukai, melainkan belajar, beradaptasi dan berhentik menolak yang sudah terjadi.

Siap Menyonsong Kesuksesan dan Siap Akan Kegagalan

Serangkaian keberhasilan seseorang tentu sangat manis untuk dinikmati. Bung yang mendengar ceritanya saja, terbayang betapa nikmati dan serunya apa yang telah ia dapatkan sekarang. Meskipun begitu, jangan sampai terlena akan cerita soal kesuksesan, semua orang memang bisa dan berhak untuk sukses. Tapi ada yang tidak sanggup ketika menerima kegagalan, sehingga down dan tidak dapat menjaga kondisi alhasil pekerjaan terbengkalai tidak karuan.

Memiliki Kecerdasan Emosi yang Rendah, Gampang Marah Dengan Rekan Kerja

Semua orang bisa dipecat bukan karena melanggar peraturan perusahaan atau karena kinerja yang mengecewakan. Tetapi orang bisa dipceat karena tidak mampu membangun hubungan baik dengan orang lain. Mood mungkin sedang tidak bagus sehingga bung terbawa suasana untuk marah-marah saja, terutama terhadap rekan kerja lainnya. Untuk itu jaga keharmonisan antara rekan kerja patut dijaga, bukan demi kebaikan karir saja. Tetapi lingkungan pun juga.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Baik

Bung Tak Perlu Bergosip Agar Dapat Respek di Tempat Kerja

Salah dalam mencairkan suasana di tempat kerja bisa berujung bahaya. Alih-alih ingin mendapat respect malah di-reject, salah satu dari sekian cara adalah dengan bergosip. Menurut kami, laki-laki juga pandai akan bergosip apalagi urusan karir. Hal ini menjadi salah satu kesalahan apabila jam makan siang bung isi dengan obrolan yang mengarah ke gibah, karena ingin mendapat rispek.

Sebenarnya ada banyak cara sebagai seorang pekerja untuk mendapatkan rasa hormat, dan bergosip bukanlah salah satu caranya. Dilansir dari artofmanliness, ini beberapa cara agar bung mendapatkan respek di tempat kerja.

Jangan Pernah Melewati Deadline

Tentu ada suatu alasan kenapa disebut sebagai deadline, apalagi seorang pekerja tak menempati deadline maka ia akan mendapatkan penilaian buruk dari atasan. Maka dari itu, cara pertama agar bung mendapat respek adalah tidak mengacaukan deadline.

Jadilah pekerja yang bertanggung jawab, tuntaskan segala macam bentuk pekerjaan sebelum deadline. Jika ada deadline yang tidak masuk akal maka katakan dengan tegas dan segala hormat. Dari pada bung merasakan penderitaan akibat terlalu mudah mengiyakan dan mengamininya.

Tepati Janji dengan Datang Tepat Waktu, Jangan Terlambat!

Kalau bung merasa waktu itu berharga, coba tunjukkan dengan datang di waktu yang dijanjikan saat meeting. Karena bisa jadi, orang yang sedang meeting dengan bung tak memiliki banyak waktu apabila datangnya tidak tepat waktu. Kalau tidak, coba posisikan bung di posisi orang tersebut. Tentu bung akan merasa jengkel. Akan tetapi, jika bung datang tepat waktu, ia akan menaruh respek kepadamu.

Tapi Jika Suatu Waktu Ada yang Butuh Waktumu, Jangan Sungkan untuk Membantu

Dalam suatu waktu atasan memberikan rentetan pekerjaan, tapi beberapa lama kemudian ia mengajak bung untuk makan siang dan mulai membicarakan tentang apa saja, entah permasalahan keluarga sampai menyoal anak-nya yang bandel karena bolos sekolah.

Secara tidak sadar waktu untuk bekerja akan hilang beberapa menit bahkan jam. Tapi jangan membayangkan waktu bekerja jadi hilang, tapi bayangkan itu sebagai waktu investasi di mana ada keterikan antara bung dengan atasan. Eitss, tentu saja ini bukan menjadikan bung sebagai penjilat. Namun bung berperan sebagai status sosial karyawan di kantor.

Berpakaian Ke Kantor dengan Rapih, Karena Itu Termasuk dalam Penialaian Seseorang Saat Bung Menjadi Karyawan

Lucuya, seorang karyawan akan berpakaian rapih ketika sedang promosi jabatan saja. Tapi setelah itu, ia akan berpakaian seadanya bahkan cenderung tidak rapih. Lantas apakah atasan senang melihat itu? tentu tidak bung.

Justru bung harus berpakaian rapih setiap hari seolah-olah bung dipromosikan. Karena itu akan menjadi nilai plus saat bung dihadapan atasan dan semacamnya. Tentu, jangan harap atasan anda akan menyapa balik saat bung mengucapkan “hai”, kalau bung masih berdandan sembarangan. Justru atasan mungkin bakal berkomentar terkait tata cara berpakaian kalian.

Jangan Pernah Mabuk dalam Kondisi Gathering atau Acara Kantor

Mungkin bung memiliki atasan yang asik, yang mampu berbaur dalam berbagai macam situasi. Nah, saat ada acara kantor di mana terdapat minuman beralkohol yang free flow, jangan bersikap rakus nan arogan. Mentang-mentang atasan asik, alhasil bung mabuk dengan kondisi tidak terkontrol dengan baik.

Mabuk lah secara wise alias bijak. Karena dalam kondisi tidak sadar, kita tidak akan mengerti apa yang kita lakukan bahkan ingat. Bukan berarti bung tidak boleh meminum perjamuan tersebut, tetapi apabila disajikan ketahuilah takaran jangan berlebihan. Karena bisa saja bung termasuk ke dalam orang yang mabok rusuh atau memalukan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Baik

Merasa Kaya Padahal Sebetulnya Kere, Ini Cirinya Bung!

Faktanya ada orang yang tak menyadari kalau mereka sebenarnya masih miskin. Bung sendiri bagaimana? Walau kaya miskin itu relatif, tapi sesungguhnya ada patokan jelas yang bisa membedakan apakah seseorang itu termasuk miskin atau tidak. Supaya tak terjebak ilusi yang membuat diri merasa kaya, coba simak beberapa cirinta berikut ini.

Bila Kehilangan Pekerjaan, Maka Tabungan Bung Tak Cukup Sebagai Biaya Hidup Setidaknya untuk 3 Bulan ke Depan

Tanda pertama kalau finansial Bung masih bermasalah adalah bila saldo tabungan Bung selama ini tak cukup untuk menopang hidup Bung selama setidaknya tiga bulan ke depan, bila Bung kehilangan pekerjaan sewaktu-waktu.

Sementara mereka yang sudah mengalami kebebasan finansial, sekalipun mendadak tak punya kerja di hari ini juga, ada dana cadangan yang sudah mereka siapkan sehingga tak perlu khawatir memakai uang tabungan. Tak banyak orang yang memikirkan soal hal ini. Ya, memang hanya orang-orang kaya yang sudah menyiapkan ‘dana darurat’ untuk kehidupan mereka.

Bung Masih Kesulitan Membayar Berbagai Macam Tagihan Pokok

Faktanya, masih ada tagihan yang perlu Bung lunasi. Entah tagihan telepon, listrik, air, dan semacamnya. Bahkan ada kalanya Bung menunda pembayarannya karena memang anggaran untuk membayar hal tersebut sedang dipakai untuk membiayai tagihan lainnya. Nah jika Bung belum bisa membayar tagihan-tagihan biaya hidup ini, maka Bung bisa dipastikan masih miskin

Saat Belanja, Bung Masih Terbuai dengan Rayuan Potongan Harga

Bung, masih sering memanfaatkan diskon atau voucher saat berbelanja? Atau masih sering terbuai diskon dan akhirnya beli barang padahal belum tentu Bung butuh barangnya juga. Terperdaya dengan diskon adalah kelemahan yang dimiliki mereka yang belum memiliki kebebasan finansial. Coba ingat lagi, kapan Bung belanja hanya karena melihat barang tersebut murah harganya?

Begini Bung, tak ada yang salah dengan memanfaatkan diskon. Tapi pola pikir ini sebaiknya segera Bung ubah bila memang mau melatih diri jadi orang sukses. Orang sukses bukan menghambur-hamburkan uang saat melihat diskon. Mereka fokus pada cara mereka menaikkan pendapatan dan memanfaatkan uang yang ada demi mendapat uang yang lebih banyak.  

Bung Masih Sering Mengonsumsi Makanan Cepat Saji

Memang tak ada yang salah dengan mengonsumsi makanan cepat saji. Tapi jangan lupakan urusan nutrisi apalagi makanan bernutrisi dibutuhkan tubuh setiap harinya. Nutrisi adalah bahan bakar untuk beraktivitas, Bung. Makanan cepat saji hanya mengandung sedikit nutrisi. Efeknya, kalau tubuh Bung tak sehat, maka produktivitas pun berpengaruh, bahkan Bung jadi tak fokus pada pekerjaan. Daripada biasa jajan makanan cepat saji, lebih baik latihan masak saja Bung.

Saat Orangtua Meminta Dibelikan Sesuatu, Bung Masih Pikir-pikir untuk Memenuhinya

Bukan Bung tak sayang orangtua. Tapi memang keadaan finansial yang tak mendukung ya Bung? Jauh di lubuk hati Bung tentu Bung maunya memenuhi keinginan orangtua. Tapi tak usah bersedih hati bila Bung memang harus menunda keinginan tersebut. Setidaknya, jadikanlah hal tersebut sebagai motivasi agar Bung bisa memenuhi permintaan tersebut suatu hari nanti.

Di Hari-hari Tertentu, Bung Masih Kekurangan Pakaian Dalam dan Kaos Kaki

Prinsip hidup orang kaya adalah membuat diri mereka nyaman. Sudahkah Bung berpikir demikian? Urusan sederhana seperti jumlah pakaian dalam dan kaos kaki saja rasanya masih kurang ya Bung. Kebersihan dua barang ini pun masih dipertanyakan. Sementara mereka yang sudah mapan, percayalah, tak ada yang namanya membuka lemari lalu kehabisan celana dalam dan kaos kaki.

Bung Masih Belum Bisa Lepas dari Kecanduan akan Barang Tertentu

Bung, coba pikirkan lagi, apakah Bung masih memiliki kecanduan terhadap satu hal tertentu yang belum bisa dilepaskan sampai hari ini? Ini salah satu tanda Bung belum bisa masuk golongan orang kaya. Begini, orang kaya adalah orang yang suka kebebasan. Mereka tak mu dikontrol oleh sesuatu bahkan oleh orang lain. Mungkin memang setiap orang punya kesukaan terhadap sesuatu, tapi tak semuanya bisa mengatasi rasa sukanya itu agar tak jadi kecanduan.

Apapun yang sifatnya berlebihan, tak baik kan Bung? Orang yang sukses biasanya sudah memiliki pola pikir bahwa mereka sampai melakukan kesalahan yang tak seberapa tapi efeknya besar untuk hidup mereka.

Kalaupun Punya Mobil, Usianya Sudah Lebih dari 10 Tahun

Untuk urusan mobil, orang kaya mengerti kalau memiliki kendaraan dengan fitur terbaru bukan semata prestis, tapi memang sangat menguntungkan mereka karena bisa memberikan kenyamanan sekaligus menjanjikan performa yang baik. Tapi kali ini, Bung belum bisa menyamai gaya hidup mereka. Alih-alih beli mobil baru, seseorang belum bisa dikatakan kaya bila usia mobilnya sudah lebih dari sepuluh tahun.

Bung Masih Berharap Kelak ada Dana Pensiun dari Pemerintah

Orang sukses punya prinsip untuk tak berharap pada pihak manapun. Sementara orang dengan mental miskin sejatinya selalu berharap datangnya bantuan dari orang lain demi melepaskan diri dari jerat masalah finansial yang menderanya.

Contoh nyatanya, bila Bung masih berharap di masa pensiun kelak ada dana pensiunan atau pemerintah yang mau memberi tunjangan pensiun, berarti Bung masih belum bisa dikategorikan sebagai golongan orang kaya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Baik

Tingkah Polah Orang-Orang yang Pura-Pura Kaya

Ironisnya ya Bung, segelintir orang menolak fakta kalau memang harta mereka belum seberapa. Alih-alih memperbaiki kasta, ada yang memilih masuk golongan pura-pura kaya. Mereka menghidupi imajinasi dengan banyak sesumbar. Kalau Bung jeli, mudah sekali mengenali tipikal orang yang demikian. Salah satunya tentu, dia kelihatan banyak bicara padahal tak punya apa-apa.

Orang yang Ngaku Kaya, Memuja Merek Setinggi Langit Bukan Karena Kualitas

Ya, mereka lebih peduli pada imej yang dimiliki merk tersebut. Katakanlah sebuah sepatu dengan merk terkenal. Mereka yang ingin terlihat kaya akan menjadikan merk tersebut sebagai ‘tameng’. Alih-alih memahami kualitas dan mengutamakan kenyamanan, golongan orang-orang ini justru jumawa karena sudah ‘sanggup membeli’. Tujuannya, tentu berharap dapat afirmasi dari sekelilingnya atas kesanggupannya itu.

Nah, untuk golongan yang benar-benar kaya, ihwal merk adalah urusan kesekian. Yang penting, barang  tersebut berkualitas dan nyaman dipakai. Itulah kenapa beberapa barang dengan merk kelas atas justru kelihatan memiliki tampilan yang membosankan dan itu-itu saja.

Merek pengenalnya biasanya hanya tampil kecil nan tersembunyi. Ini karena para produsen mengerti pasar. Mereka hanya akan memproduksi barang untuk kalangan sendiri yang tak akan dipahami oleh golongan yang hanya mengglorifikasi sebuah merk.

Ngaku Kenal dengan Banyak Orang Besar Demi Terlihat Gahar

Bung pernah kan ketemu dengan orang-orang semacam ini? Mereka entah kenapa suka dan piawai sekali membangun cerita seolah-olah mereka kenal akrab dengan orang besar seperti pejabat atau selebritis. Padahal kita sama-sama tahu ya Bung, hal tersebut hanya omong kosong belaka.

Percayalah, orang yang benar-benar kaya dan punya banyak koneksi hebat tak akan sesumbar mengenai teman-teman dekat mereka. Buat orang kaya betulan, privasi justru nomor satu.

Entah Mengapa, Lawan Bicara Akan Mudah Bosan Berinteraksi dengan Orang yang Pura-pura Kaya

Bung, kasta mungkin bisa dimanipulasi. Tapi kelas dan perilaku tak bisa dibuat-buat. Orang yang pura-pura kaya biasanya tak disertai kemampuan yang cakap untuk membuat lawan bicara mereka percaya 100 persen dan tahan untuk berinteraksi terus dengannya. Ini karena bahasan mereka tak bisa meluas.

Mereka terjebak pada topik membangun imej kaya sehingga yang dibicarakan selalu mengenai uang dan kekayaan. Tak ada yang lebih menyenangkan selain pamer kepada lawan bicara. Padahal, orang kaya raya betulan tak akan banyak sesumbar mengenai uang yang mereka hasilkan.

Dia yang Mau Dicap Sukses, Selalu Ingin Kelihatan Punya Proyek Besar

Orang yang pura-pura sukses selalu membicarakan sesuatu besar nan potensial yang sedang ia kerjakan. Memang, mereka memiliki rencana. Hanya saja, mereka tak punya konsistensi dan disiplin diri yang tinggi. Hal ini membuat potensi nan besar itu akhirnya tak bisa membawa mereka benar-benar naik kasta. Proyek besar yang dikerjakannya sekarang tak dibarengi dengan perencanaan matang untuk jangka waktu lima sampai sepuluh tahunan.

Sementara yang benar-benar sukses biasanya adalah orang yang mau bekerja dari nol. Mereka adalah orang-orang yang punya fokus besar dan disiplin tinggi pada satu hal yang mereka kerjakan sejak lama dan tahu apa yang mereka kerjakan bahkan bisa melihat potensinya di masa mendatang. Yang membedakan orang yang suksesnya hanya pura-pura dengan yang sukses dari lama adalah konsistensi dan komitmen.

Lucunya, Mereka Tak Suka Bila Merasa Tersaingi

Bung, coba perhatikan. Orang yang pura-pura kaya biasanya ekspresinya berubah bila bertemu dengan orang yang jauh lebih kaya pengalaman dan sudah merasakan asam garam. Dalam sebuah percakapan, orang yang pura-pura kaya cenderung ingin terus menerus menguasai percakapan dan berusaha mengembalikan suasana agar topik dan arah pembicaraan kembali berbicara tentang kehebatannya.

Sementara mereka yang benar-benar kaya justru lebih sering bertanya daripada berbicara tetang diri mereka sendiri. Mereka selalu tertarik untuk mendengarkan cerita lawan bicara mereka. Jelas sekali perbedaannya, kan?

Urusaan Pekerjaan, Orang yang Pura-pura Kaya Selalu Mencari Nama yang Fancy untuk Jabatan Mereka

Memang ada beberapa pekerjaan yang sejatinya sudah punya nama pasti, namun dipercantik supaya orang lebih mengapresiasi pekerjaan atau jabatan tersebut. Nah, situasi ini yang dimanfaatkan mereka yang suka panjat sosial sekaligus ingin terlihat hebat di mata rekanannya.

Bukan hanya gelar akademik yang bisa dimanipulasi, jabatan di kantor pun dilihat semenarik mungkin supaya kelihatan ‘wah’. Kantornya memberi sebutan jabatan “sales” misalnya, maka si pura-pura kaya akan bilang jabatannya “Business Development And Relationship Maintenance Manager”

Mereka yang Pura-pura Kaya Belum Tentu Punya Banyak Tabungan

Urusan uang simpanan, ini jadi tantangan besar untuk golongan pura-pura kaya. Alih-alih mengumpulkan uang dan investasi saham, mereka memilih berinvestasi pada penampilan. Ini karena sejatinya mereka belum mengerti cara mengatur uang, yang mereka pahami hanya memakai, memakai, dan memakai, Bung.

Seiring berjalannya waktu, uang pun habis dan mereka perlu uang, maka mau tak mau berhutang. Sementara yang benar-benar kaya, urusan tabungan tak perlu ditanya.

Orang yang Benar-benar Kaya, Punya Kelasnya Tersendiri

Karena memang sudah punya ‘taste’, orang yang sudah kaya dari sananya biasanya mengerti nilai sebuah benda. Tidak hanya untuk jangka waktu sebentar, tapi beberapa waktu ke depan. Prinsip ini yang belum tentu dipahami orang yang pura-pura kaya, mereka terjebak pada tren yang berkembang dan mengikutinya.

Alih-alih menciptakan dan memili ‘taste’nya tersendiri, mereka terlalu takut untuk ketinggalan sesuatu yang sedang hits. Ya, orang dengan tipikal seperti ini bisa jadi mengidap FOMO alias Fear Of Missing Out.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top