Lebih Baik

Saat Si Nona Sedang PMS, Bung Sudah Tahu Gimana Cara Menenangkan Hatinya?  

Bung, jujur saja, pasti masa terberat jika sedang bersama si nona adalah ketika dia sedang PMS atau Pra Menstruation Syndrom. Pada masa-masa ini, si nona biasanya jadi lebih sensitif dan cepat tersinggung. Sementara Bung, pasti jadi pihak yang paling merasakan dampaknya, bukan? Bung sudah berusaha mengerti, tapi tindakan Bung selalu salah di matanya. Bukan tanpa alasan kalau PMS sangat mempengaruhi perilaku si nona. Sejatinya memang ada pengaruh hormon yang membuat ia jadi sebegitu “garang”-nya saat PMS. Tapi jangan putus asa dahulu, Bung! Setidaknya, cari tahu bagaimana cara menenangkan hatinya.

Ajaklah Si Nona Makan Bersama, Ini Lebih Baik Dibanding Bung Berkomentar Soal Selera Makannya

Saat PMS, biasanya nafsu dan selera makan si nona akan meningkat drastis. Di saat-saat sepert ini, lebih baik Bung jangan sekali-kali berkomentar tentang hal itu. Berani melontarkan satu pernyataan tentang nafsu makannya, itu namanya Bung cari masalah. Simpan saja komentar Bung daripada si nona kepalang ngambek atau marah-marah. Lebih baik lakukan hal yang sebaliknya seperti mentraktirnya makan atau turuti apa yang saat itu sedang jadi kemauannya.

Berikan Jawaban ‘Iya’ untuk Setiap Kemauannya

Semua pria sudah maklum, menghadapi wanita yang sedang PMS itu memang serba salah. Salah gerak sedikit salah, ditanya soal apa, bisa saja dia langsung marah-marah. Kalau Bung membalas sahutannya dengan intonasi tinggi, dia pun akan semakin marah. Kalau sama-sama marah, justru jadinya bahaya, bukan? Tapi bukan berarti mereka akan terima saja kalau Bung diamkan. Jadi, mungkin rumus lain untuk situasi semacam ini adalah Bung harus mau ‘berkorban’ memberikan jawaban ‘iya’ untuk setiap ajakan, keinginan, atau jika dia sangat membutuhkan pendapatmu. Hindari kata-kata yang menjurus ke penolakan atau larangan.

Mau Tak Mau, Bung Memang Harus Jadi Cowok Siaga dalam Menghadapi Setiap Permintaannya

Saat masa-masa menjelang haid, nafsu makan si nona memang mirip-mirip ibu hamil. Bahkan jika biasanya tak suka makan yang neko-neko, hal itu tak akan berlaku saat PMS datang. Kemauannya yang macam-macam membuat Bung mau tak mau harus ekstra sabar dalam menghadapi si nona. Tetaplah jadi cowok siaga ya, Bung!

Di samping itu, biarkan si nona mengutarakan setiap keluhan atau kemarahannya. Bung tak perlu menanggapi dan cukup katakan pada diri sendiri agar lebih bersabar. Di samping itu, pastikan Bung mendengarkan semuanya dengan saksama. Berikan motivasi atau dorongan lewat hal-hal yang sederhana akan jauh lebih baik daripada Bung diam-diam saja.

Tak Usah Mengajaknya Bercanda, Lebih Baik Biarkan Si Nona Bermanja-manja

Niat Bung mungkin baik lantaran ingin menghibur si nona yang suasana hatinya sedang buruk. Tapi sayangnya usaha semacam ini tak akn selalu sukses apalagi dalam situasi si nona yang sedang PMS. Yang ada dia justru jadi mudah sekali salah paham bahkan tersinggung.

Jadi, daripada Bung terlalu berusaha keras untuk melawak tapi berakhir garing atau malah bertengkar, lebih baik tahan dulu bahan candaan Bung. Dalam situasi semacam ini, si nona hanya butuh dimanjakan. Turuti apa yang dia mau, saat dia mengeluh sakit perut atau pegal-pegal, kamu pun jangan bicara macam-macam, tapi cukup tawarkan diri untuk memijat kaki atau sekadar mengusap kepalanya.

Karena Bung Sudah Mengenali Karakternya, Jangan Sekali-kali Melontarkan Pertanyaan yang Membuatnya Jengah

Satu pertanyaan yang akan membuat si nona jengah adalah semacam ini: “Aku harus gimana?”

Percayalah, sekalinya kamu melontarkan pernyataan itu, dia akan kesal padamu. Saat PMS, cewek rentan sekali menggerutu, tapi di samping itu, dia maunya mendapat jawaban yang melegakan. Bayangkan kalau pacar Bung justru menjawabnya begini: “Kamu nggak pengertian banget jadi cowok.” Jika memang demikian, Bung justru jadi ikut sedikit kesal, bukan? Jadi, cara terbaik memang hanya bertawakal, ya Bung!

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Tahu

Ternyata Kebanyakan Laki-laki Awam dan Sok Tahu Masalah Ranjang

Dalam film 3 Hari Untuk Selamanya, ada sebuah dialog yang dikatakan oleh Ardina Wirasti, “Sebodoh-bodohnya laki-laki, ia tak mau kalah paham soal seks dibanding perempuan“, mungkin hal ini pulang yang terjadi. Bahwa laki-laki selalu merasa satu langkah lebih maju dibanding perempuan dalam masalah bercinta. Padahal masih banyak kesalahan yang dilakukan olehnya.

Dilansir WebMD, pendidik seks Tristan Taormino dan Lou Paget, yang berbagi pengetahuan tentang kesalahan umum yang kerap dilakukan laki-laki terkait seks. Salah satunya adalah memulai hubungan intim di kamar tidur. Terapis seks, Ian Kerner, pHD mengatakan kalau laki-laki lebih mudah terangsang tapi tidak dengan si nona. Sehingga perlu waktu untuk benar-benar bergairah.

Gairah seks perempuan sangat berkaitan dengan psikologis. Untuk memantik itu semua harus diisi dengan perilaku romantis, semacam pelukan hangat, ciuman atau gandengan mesra yang membuatnya terkoneksi. Hal ini harus ditunjukan demi menunjukkan bahwa bung sangat menghargai keberadaan nona. Kenyamanan dan rasa aman dalam hubungan adalah kunci bagi wanita itu benar-benar bebas ketika bercinta, ujar Kerner.

Berpelukan selama 30 detik bsia menstimulasi oksitosin, hormon pada wanita yang menciptakan rasa terhubung dan percaya,” ucapnya.

Selain itu, Kerner memberi tahu bahwa sejak dulu memang ada perempuan yang memalsukan orgasme. Tak heran kalau laki-laki tak tahu kalau pasangan mereka tak menikmati sesi bercinta. Kunci itu untuk menjawab semua adalah bertanya tentang apa yang istri rasakan dalam hubungan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Baik

Buah Masalah Saat Menikah, Memilih Bertahan Atau Berpisah?

Ketahuilah wahai para suami dan calon suami, kalau akar permasalahan biasanya tidak jauh berbeda dalam pernikahan. Banyak yang bilang masalah itu adalah kerikil dalam rumah tangga, yang coba menguji seberapa kuat cinta bung dengan si nona. Namun setiap ujian yang menerpa, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, antara berpisah atau bertahan hingga maut memisahkan.

Bahkan, tak menutup kemungkinan, jawaban pahit, seperti bercerai adalah yang harus dialami. Mungkin itu adalah hal yang terbaik buat pasangan, kan? tapi di satu sisi, ada tanggung jawab yang mengharuskan pasangan bertahan. Dan ketahui juga, kalau memilih antara bertahan dan bercerai itu sama sulitnya.

Melakukan Hal yang Dirasa Biasa, Padahal Secara Tidak Sadar Sudah Mendua Dalam Skala Berbeda

Mendua dalam skala berbeda? mungkin ini membingungkan. Tapi pernahkah bung mengalami, di mana ada ada notifikasi dari perempuan lain di smartphone, seperti chat, comment dan lain-lain yang secara sengaja bung hapus lantaran takut si nona marah? itu adalah selingkuh tipis atau micro-cheating.

Selingkuh jenis ini memang secara halus tidak bersentuhan fisik, tapi ada ketakutan padahal yang bung lakukan hanya sebatas hubungan teman. Nah hal semacam ini, bisa mengganggu harmonis pernikahan yang sedang berjalan.

Tak Mengawasi Sosial Media Pasangan, Bisa Terselip Untaian Kata Sayang Dengan Orang yang Tak Diduga

Mungkin ada anggapan mengawasi sosial media pasangan itu norak dan semacamnya, atau sama saja melanggar privasi. Namun banyak hal yang tak diduga bisa dilakukan di sosial media. Dari perselingkuhan, sampai perbuatan standar yang ternyata melukai perasaan pasangan. Apabila hal ini diketahui oleh bung atau si nona, otomatis pernikahan akan dibuahi pertengkaran. Ada baiknya meminta izin pasangan untuk saling memantau akun sosial media, agar hubungan terjaga, bukan menaruh curiga.

Kebiasaan Jelek yang Dipertahankan Membuat Pasangan Tak Betah Untuk Bertahan

Malas, selalu bersikap masa bodo, sampai kurang memberi perhatian kepada pasangan, pastilah sikap yang menyebalkan. Biasanya hal ini dijadikan alasan seseorang untuk berselingkuh. Nah, riset situs kencan Victoria Milan di tahun 2015 mengungkapkan, bahwa dalam level global perempuan yang sudah menikah akan berselingkuh! Dan ini terjadi ketika janji suci sudah berjalan tujuh hingga delapan tahun. Deretan alasan tersebut karena laki-laki yang memiliki sikap menyebalkan saat menjadi kepala keluarga.

Permasalahan Finansial yang Tak Bisa Disepelekan, Karena Ini Sama Krusial Seperti Perselingkuhan

Masalah finansial jadi puncak pertiakaian sebenarnya tidak salah. Karena finansial jadi roda penggerak rumah tangga untuk hidup, sampai berkaitan dengan soal yang bahagia. Perbedaaan tentang persepsi mengelola uang, tidak membedakan mana yang penting dan mana yang bisa ditunda sampai soal tranpransi jadi alasan. Ternyata masalah finansial sangat krusial, apalagi untuk urusan suami dan istri.

Dan di Setiap Perceraian, Anak Jadi Pihak Tak Bersalah yang Menanggung Semua Beban

Mau dia berada di usia balita, kecil bahkan dewasa, perceraian adalah beban bagi mereka. Skeptis untuk menjalani hubungan, tak termakan dengan anggapan menikah adalah kebahagiaan, sampai sulit untuk percaya kepada orang lain adalah hasil psikis di terima sang anak karena perceraian. Maka dari itu, baik suami dan istri akan bercerai, coba pikirkan sekali lagi, karena anak kalian yang tidak tahu apa-apa, harus berusaha mengerti akan kondisi yang diperkeruh oleh orang tuanya sendiri.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Tahu

Swafoto Tanpa Busana Oleh Laki-laki : Eksibisionis atau Hanya Narsis?

Salah seorang dari Istana Kepresidenan, Ali Mochtar Ngabalin yang diduga berada di foto tersebut, berkata habis menyelam di ruang ganti laki-laki, tapi tak jelas apa esensi-nya ia selfie. Sedangkan yang satu lagi adalah politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahean, ia secara tegas membantah kalau foto tersebut adalah dirinya, dengan berkata “itu hoax”. Terakit hal ini, kebiasaan selfie tanpa busana memang meresahkan, bahkan bisa dikategorikan ke perilaku menyimpang, kan?

Lantas apakah selfie tak berbusana termasuk ke eksibisionis atau hanya narsis?

Kebutuhan Seksual yang Tak Lazim Bisa Dilalui Lewat Selfie

Swafoto tanpa busana pasti memiliki tujuan, otomatis tujuan tersebut dapat diasumsikan cenderung ke arah yang negatif. Jadi jangan salahkan publik ketika foto tersebut selalu diarahkan kepada kegiatan seksual. Karena tak menutup kemungkinan untuk saling bertukar foto telanjang dengan lawan jenis, kan? meskipun itu hanya asumsi, lebih baik kita tunggu klarifikasi atau fakta yang terjadi nanti bung.

Sedangkan di sisi lain, apakah perbuatan semacam ini bisa dimasukkan ke kategori eksibisionisme? untuk jawaban tersebut, menurut Tri Hadi seorang pakar Psikolog Klinis dari Rumah Hati menyatakan, eksibisionisme adalah suatu kelainan seksual yang termasuk dalam kategori Paraphilia, yakni objek pemenuhan kebutuhan seksual yang tidak lazim dan dianggap menyimpang.

Dan penderita mendapatkan rangsangan seksual saat melihat respone korban terkejut, takut, menjerit, teriak atau lari. Jadi, kalau tujuannya untuk seperti ini, bisa dikatakan para pelaku selfie telanjang adalah eksibisionis.

Demi Mendapat Rangsangan Seksual yang Maksimal

Meskipun sang pakar sudah mengatakan secara rinci tentang seseorang yang pantas disebut eksibisionis. Tapi ia juga mengungkapkan bahwa ada tiga kriteria apakah seseorang layak disebut eksibisionis atau bukan bung. Salah satunya adalah, orang yang memamerkan alat vitalnya di depan orang lain mendapat rangsangan seksual. Apabila iya, maka ia dapat disebut sebagai eksibisionis.

Seseorang yang Jadi Target Menghindar, Lari Atau Tak Bersedia Melihat-nya

Kriteria yang kedua ini bisa dilihat sebagai tujuan, yakni korban yang ditunjukkan alat vital tidak bersedia melihat, menghindar atau mencoba untuk pergi. Feedback semacam ini dijadikan sensasi bagi pengidap eksibisionis, bahkan tak segan mereka orgasme dalam keadaan tersebut. Dalam kasus swafoto telanjang yang melibatkan politisi, sejauh ini tidak ada tanda seperti yang dikatakan di kriteria kedua.

Terdapat Interaksi Seksual Meski Tak Berhubungan Badan

Sedangkan kriteria yang terakhir adalah terdapat aktifitas menunjukan alat vital terhadap korban. Hal tersebut sudah merupakan bentuk interaksi seksual tanpa ada hubungan badan. Apabila dalam kasus ini sudah memenuhi salah satu dari tiga kriteria, maka bisa dibilang orang tersebut termasuk dalam perilaku eksibisionisme.

Akan tetapi, sejauh ini belum terdapat atau terungkap motif yang jelas untuk apa foto selfie telanjang tersebut. Bahkan ketiga kriteria ini juga belum masuk, jadi belum tepat kalau dibilang eksibisionis.

Terus, Dari Mana Kita Bisa Menilai Kalau Orang Tersebut Narsis?

Meskipun ada kecenderungan menjadi eksibisionis dari perilaku seseorang yang melakukan selfie sambil telanjang. Namun ada kemungkinan juga ia berlaku narsis lho. Hal ini bisa dilihat dari motivasi seseorang saat melakukan selfie sambil telanjang.

Menurut Tri Hadi, motivasi tersebut sebatas apakah karena ia ingin mendapat kepuasan seksual setelah mengunggahnya, atau apakah orang yang melihat foto tersebut akan merasa takut atau malah justru senang. Karena tidak semua individu yang berlaku seperti itu adalah eksibisionis.

Tidak semua orang yang mengunggah foto tersebut dapat disebut eksibisionis. Hal itu hanya termasuk fenomena sosial yang disebut narsisme tahap parah,” ujarnya.

Meskipun masih ada kemungkinan narsis, namun kalau pelakunya laki-laki pasti lebih merujuk kepada eksibisionis bung. Karena perbandingan laki-laki dan perempuan untuk pelaku seks menyimpang adalah 4:1. Terlebih lagi, banyaknya pelapor yang jadi korban tindak eksibisionies oleh laki-laki. Akan tetapi sejauh ini belum bisa dikategorikan kedua hal ini, ya kita positif thinking saja kalau kamera kedua politisi tersebut tidak sengaja tertekan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top