Film

Review Film Toilet Blues: Ketika Umat Mencemburui Tuhannya

toilet blues review

“Kenapa sih bukan gue satu-satunya orang yang elo selametin”

Kalimat itu merupakan salah satu dialog kunci yang terdapat dalam film Toilet Blues. Dilontarkan oleh perempuan bernama Anjani (Shirley Anggraini). Ia lari dari rumah bersama Anggalih (Tim Matindas) yang sudah dicintainya semasa kanak-kanak. Laki-laki yang belakangan memutuskan menjadi Pastur dan menyerahkan dirinya pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang malang.

Anjani cemburu. Anjani ingin menjadi satu-satunya jiwa yang diselamatkan oleh Anggalih. Ia cemburu pada Tuhannya yang bisa memperoleh Anggalih tanpa diminta.

Konflik ketuhanan dan insting paling dasar manusia dalam mencintai inilah yang coba digali dalam film besutan sutradara Dirmawan Hatta. Keseluruhan segmen dalam film ini bertabur pemikiran nan mendalam tentang hubungan manusia dan Tuhannya.

adegan toilet blues

Anggalih sendiri berulang kali dibenturkan pada realita kehidupan yang memaksanya memikirkan kembali keputusannya menjadi pelayan Tuhan. Keimanan yang mengharuskannya mengedepankan pasrah total “memberi pipi kanan ketika pipi kiri ditampar”, sering kali membuatnya merasa sia-sia.

“Ada yang bisa saya bantu mba?” tutur Anggalih berulang kali kepada orang-orang yang ditemuinya. Pertanyaan retoris yang kemudian membuat dirinya sadar tak bisa membantu apa-apa.

Ini hanya secuil makna yang bisa diresapi dari film Toilet blues yang tayang untuk umum pada 3 Juli 2014. Ya, film ini memang bukan film deskriptif yang bisa kita mengerti dengan sekedar menontonnya dari awal hingga akhir.

Toilet Blues adalah film dengan genre Art House movie. Sebuah genre yang dikemas artistik dimana tiap adegan dipenuhi dengan simbol-simbol. Kita sebagai penonton dibebaskan untuk memaknai jalan cerita secara pribadi dan bisa jadi tak seragam antara satu dan lainnya.

Pengalaman kami menonton film ini berakhir dengan kawan di kanan kiri keluar dari teater bioskop sambil berujar:

“Film apaan sih? Itu ceritanya maksudnya gimana?”

Film-film art house memang kerap kali menyasar segmen penonton yang khusus. Penggarapannya tidak dibuat untuk membesar dan masal. Wajar jika nilai artistik yang tinggi ini kemudian bisa membawa Toilet Blues ke ajang festival internasional.

Film ini sudah menyambangi Busan International Film Festival 2013 dan masuk di kompetisi New Currents. Setelah itu Toilet Blues mengikuti serangkaian ajang festival film internasional. Beberapa diantaranya Goteborg International Film Festival, Amsterdam CinemAsia Film Festival, Mumbai International Film Festival, Deauville Asian Film Festival, Cambodia Film Festival, Festival Kaleidoscope International Film Festival, Jogja NETPAC Film Festival dan JIFFest.

Kami sendiri menyarankan untuk tak terlalu membebani pikiran harus mengerti keseluruhan jalan cerita. Toilet Blues bisa diresapi dengan rileks maknanya secara sepotong-sepotong dari segmen ke segmen macam buah yang menyegarkan. Apalagi akting-akting juara dari para pemerannya sangat membantu kita menikmati film yang diproduseri Edo W.F. Sitanggang ini.

scene toilet blues

Catatan lain adalah film ini dimasukan badan sensor film Indonesia sebagai kelas Dewasa. Kami pun bisa mengerti alasannya. Karena sejujurnya, meski dibuat dengan nilai artistik tinggi, sejumlah adegan memang sempat membuat kami menelan ludah berkali-kali.

Tapi toh bisa jadi faktor ini menambah keunikan film Toilet Blues. Film yang mempertanyakan ketuhanan ala Katolik. Namun dituturkan dengan cara yang seksi. Dan tayang pada bulan Ramadhan. Menarik!

Click to comment

0 Comments

  1. nikitomi

    June 30, 2014 at 11:48 am

    filem dewasa banget nih :))

  2. gardino

    June 30, 2014 at 12:20 pm

    si mba berbaju merah itu memang sempat bikin degdegser…aktingnya keren…

  3. @ahook_

    June 30, 2014 at 8:45 pm

    wah.. menyesal deh, kemaren itu tidak ikut nobar… 2 menit 36 detik ini ringan dan santai, mampu membuat saya klik link video yang disediakan. Dan berhasil membuat penasaran…

    @ahook_

  4. Reni

    September 5, 2014 at 4:03 pm

    Hahaa…menelan ludah berkali2 :))

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top