Lebih Tahu

Mesin Potong Rumput GP: Sebuah Turnamen Gokart Slengean Yang Digarap Dengan Keseriusan

Turnamen gokart memang tidak banyak di Jakarta. Apabila Bung mencari mungkin bisa terbilang dapat dihitung dengan jari. Dari sekian turnamen yang tersedia pun, belum tentu menarik hati untuk menyalurkan birahi dalam hal menginjak pedal gas dan beradu tangkas. Lantaran hal tersebut, coba dimanfaatkan secara oportunis oleh Johan Franklin, salah satu penggagas dari terbentuknya Mesin Potong Rumput Grand Prix. Johan pun mengatakan bahwa inti dari pembuatan MPR (singkatan dari Mesin Potong Rumput Grand Prix) adalah turnamen gokart slengean (agak guyon), dengan regulasi sesuka hati namun digarap serius.

Hal tersebut menjadi moto bagi turnamen gokart yang mulanya berawal dari permainan antar teman kemudian langsung terjun sebagai turnamen bagi semua kalangan ini. Dimulai dari akhir tahun 2017, perkembangannya pun cukup pesat. Lantaran muka-muka baru selalu menghiasi dalam turnamen ini, bermula dari diikuti 8 orang, sampai di tahun 2018 yang baru memulai seri awal pada Maret lalu sudah diikuti 60 orang.

Tentu saja hal ini terlihat merupakan sebuah peluang. Dimana ada pundi-pundi uang yang dapat dihasilkan dengan menggarap turnamen atas dasar kesenangan. Kemudian panitia yang semuanya ikut terjun ke lintasan mulai fokus bekerja sesuai dengan aturan dan bidang pekerjaan yang dapat diterapkan. Deklarasi menjadi sebuah event organizer pun disuarakan oleh Johan dengan 13 temannya yang juga bekerja sebagai jurnalis, videographer, dan motion graphic. Dengan langkah awal memfokuskan menjalani 10 putaran di tahun 2018 ini, yang pada mulanya hanya 5 putaran.

Pendaftaran pun dibuka dengan menyediakan dua kelas, yakni Fashionbly late Class dan Feature Class. Pembedaan kelas dilakukan demi memfasilitasi keinginan dari setiap peserta yang ingin terjun di balapan yang bakal digelar setiap satu bulan sekali. MPR pun menerapkan sistem poin bagi setiap pemenang dengan penghitungan sama seperti Kejunas Gokart Nasional, yang mana terdapat akumulasi point di setiap balapan. Adapun pemenang di satu musim bakal mendapatkan hadiah yang berhubungan dengan otomotif. Bisa berupa action-cam atau racing wear.

“Bedanya kalau Feature itu kami buat untuk peserta yang ikut satu musim penuh dan dia berkomitmen tinggi untuk ikut MPR. Kalau Fashionbly late teruntuk buat orang yang sibuk, yang nggak bisa dateng setiap putaran. Makanya kami membagi dan biasanya kami menyarankan bagi orang sibuk untuk ikut kelas Fashionbly late saja. Soalnya kalau orang seperti itu ikut di Feature takut nggak kompetitif karena ada pembalap benerannya. Jadi kita bagi biar adil, biar dapat lawan pantas di masing-masing kelas,” jelas Johan.

Mesin Potong Rumput yang diambil dari nama dasar mesin gokart yang dipakai anak-anak, ditengarai menjadi nama yang cacthy hingga mampu mengundang laki-laki untuk mengetes skill balapnya sebagai naluri. Tentu saja bagi Johan nama memang memiliki faktor hoki dalam setiap kesempatan. Tetapi dibalik nama, ada satu strategi menarik yang coba dijalankan dengan mengandalkan skill yang dimiliki beberapa teman panita, yaitu dengan membentuk entry list yang selalu diunggah di Instagram.

“Karena gua kerja di PR Agency otomotif gua liat di event-event balap itu entry listnya tertulis nama, asal, sama nomor start. Dan hal yang seperti itu kita praktekin di MPR ini, biar keliatan juga yang ikut kami itu dari mana aja asalanya. Dan nggak cuma kalangan temen-temen gua doang. Jadi buat pembuktian kalau yang ikut itu beragam,” ujarnya.

Bagi Johan yang membedakan MPR dengan turnamen gokart lainnya adalah pada branding yang dibangun sangat serius. Dengan cara provide segala sesuatu dengan benar sekaligus memberikan pelayanan yang baik kepada setiap peserta dengan memberikan dokumentasi yang proper berupa foto dan video yang dapat diunggah ke media sosial setiap pebalap, hingga dapat memantik keinginan dari circle pertemanan setiap pebalap. Bahkan, ia pun membocorkan kalau Formula One dijadikan sebagai patokan untuk segi marketing dalam memasarkan.

“Intinya kami mau contoh F1 yang sering promo pebalapnya seperti Lewis Hamilton atau Sebastian Vettel. Nah, ini juga hal yang kami terapin di MPR yang selalu promoin setiap pebalapnya di Instagram, bahkan sampai bikinin press release-nyahahaha. Walaupun kami tahu nggak ada media yang bakal bikin”, kata Johan soal proses branding-nya.

Tak seperti turnamen yang biasa dilakukan dengan diakhiri sesi penerimaan hadiah setiap serinya. Sebagai bentuk penguatan branding dan Awareness. Johan pun memiliki ide dengan membuat acara off season, seperti yang dilakukannya di tahun lalu dengan mengundang tiga pebalap nasional dan diadu dengan tiga juara MPR dalam lintasan gokart. Sebagai PR Agency Otomotif tentu ada jalan lapang, sehingga ia berhasil mengundang Rizal Sungkar (adiknya Rifat Sungkar), Ali Adrian (pebalap World Supersport 300, satu kelas di bawah Superbike), dan Julian Johan (pebalap off-road).

Penguatan branding, pemasaran, dan awareness yang dilakukan oleh MPR tentu saja sejalan dengan sistem mencari keuntungan lewat meraup pasar sebanyak-banyaknya dan membangun engagement. Secara gamblang, Johan mengatakan ia bakal menjadikan MPR sebagai main business karena pasarnya yang potensial.

“Kalau yang gua liat kalau kami promosiin dengan tepat dan benar orang bakalan tau (soal gokart dan MPR) dan awareness bakalan tinggi juga. Nah, kalau orang yang nggak doyan balap tapi ngelihat branding kami beda, orang pasti bakal tertarik dan kami berusaha untuk menegaskan hal itu. Dan lo nggak mesti ngerangkul orang yang hobi balap doang. Karena nantinya kami bakal buat clothing line dengan gaya street wear. Jadi nggak mentok-mentok otomotif banget. Karena kalau gua liat otomotif bisa beriringan jalan dengan lifestyle,” jelas Johan.

Sebagaimana sebuah bisnis yang berjalan, tentu saja kompetitor lambat laun bakal hadir untuk menjegal jalannya setiap usaha. Johan pun sudah memperhatikannya, dengan melirik kompetitor yang membuat hal serupa dengannya. Namun Johan tak gentar karena menurutnya belum ada yang mampu bersaing dengan Mesin Potong Rumput Grand Prix miliknya.

“Karena kami selalu bekerja sama dengan Lamtoro Karting selaku vendor dari gokart yang kami percayai. Banyak vendor lain yang cemburu jadi buat turnamen kaya MPR. Dari sini gua baca kompetitor, gua bakal tetap terus berada di jalan (konsep) ini. Intinya hal yang gua buat jangan sampe norak dan tetap keren,” pungkasnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top