Entertainment

Meraba DKI Jakarta sebagai Kanvas, Agar Seni Dirasakan di Ruang Terbuka bak Bernafas

“Kita ingin Jakarta dipandang sebagai kanvas, agar para seniman hadir. Mulai dari performing arts hingga street arts. Di kota ini seni bukan di ruang tertutup tapi di ruang terbuka dan dinikmati warga Jakarta,” ucap Anies seperti dilansir Detik.

Baru-baru ini di Jakarta, Gubernur DKI Anies Baswedan baru saja meresmikan mural karya seniman Kolombia, LeDania, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Dijadikan Jakarta sebagai kanvas untuk mengundang hadirnya seniman nampaknya bukan suatu hal yang baru dan terbarukan, Bung. Apalagi jika dilihat dari seni gambar seperti mural karena hal tersebut sudah dilakukan oleh komunitas grafiti di Jakarta tiap tahunnya.

Anies nampaknya memfokuskan Jakarta dari segi estetika, karena beliau berujar ingin ruang-ruang terbuka lainnya dapat dipercantik dengan mural-mural serupa. Hal ini sebenarnya sudah dilakukan Anies lewat pagelaran Asian Games dengan meminta anggota PPSU untuk mengecat tembok di ruang terbuka dengan serba-serbi pesta olahraga empat tahun sekali itu. Beralih sedikit dari seni mural, ornamen bambu pun dia pasang di sekitaran bundaran HI. Sentuhan Anies untuk mempercantik Jakarta dari sisi seni nampaknya bukan cuap-cuap saja.

Sebuah gedung di Taman Ismail Marzuki pun telah disulap oleh Le Dania dalam waktu lima hari, dengan setiap harinya ia mengerjakan lima sampai enam jam. Dengan warna-warna cerah ia memberikan kesan positif yang coba dituangkan dalam karya muralnya. Karena Le Dania adalah seniman multitalenta yang terlibat dalam berbagai jenis ekspresi, warna-warni yang dipilihnya pun mempunyai sentuhan magis dan mitologis.

Le Dania, adalah salah satu seniman paling terkenal seperti dilansir dari Widewalls. Nona satu ini tidak hanya pandai membuat seni di jalan saja, tetapi ia memiliki segudang kemampuan lain. Seperti fotografi, desain grafis, iklan, rias artistik, sampai penerapan tema dan motif menjadi barang-barang dekoratif. Le Dania pun menghabiskan studinya di Universidad Javeriana dengan jurusan seni visual.

Ia memulai eksperimennya lewat vinil dan akrilik kemudian sketsanya pun bergerak dengan menjadikan dinding jalan sebagai medianya. Grafiti maupun mural sesungguhnya adalah bentuk refleksi dari bahasa visual yang diungkapkan oleh para seniman.

Bung tidak akan menemui karya Le Denia yang bertemakan politik atau agama. Tetapi ia berusaha memiliki sikap positif dan mengalihkan perhatian orang-orang yang tidak biasa menikmati karya di galeri. Secara garis besar karyanya menyampaikan kesan kebebasan. Hampir sama seperti yang diutarakan oleh Anies Baswedan, ‘kan Bung?

Balik ke soal tujuan menjadikan “Jakarta sebagai Kanvas”, sebenarnya Jakarta dapat menjadi kanvas dengan keberadaan seniman Tanah Air yang melimpah. Secara kualitas, seniman kita pun banyak yang terkenal sampai ke luar negeri yang menandakan kalau mural Indonesia memiliki sisi magis tersendiri seperti halnya Le Dania, bukan?

Menanggapi hal tersebut kami pun sempat bertanya kepada Bernhard Suryaningrat, atau yang akrab disapa Abenk, seorang seniman grafiti sekaligus orang yang membuat jaket denim untuk Presiden Jokowi. Kedatangan Le Dania dengan membuat mural tentunya akan bisa dilihatnya dari sisi berbeda.

“Sebenarnya gue juga belum tau pastinya. Apakah Le Dania ini ke Jakarta memang diundang atau memang kebetulan sedang di sini, karena itu akan menimbulkan beda pandangan. Karena kalau dari sisi si artist sih udah banyak kok seniman luar datang ke sini, gambar di sini. Jadi udah bukan sesuatu yang gimana-gimana,” ujarnya.

Seperti yang kami katakan barusan, salah satu komunitas grafiti di Jakarta pun mengadakan sebuah pagelaran grafiti atau mural besar-besaran dengan nama Street Dealin, yang biasa diadakan di penghujung tahun dengan melibatkan puluhan nama seniman lokal dan luar dari mancanegara. Hingga wajar kalau Abenk menganggap kedatangan seniman luar ke sini adalah sesuatu yang biasa.

Terlebih lagi dalam penyelenggaraan ke-11 kalinya, Street Dealin sudah melibatkan warga sekitar dengan memperbolehkan para seniman untuk menggambar di lingkungannya. Dengan begitu, nafas Jakarta sebagai kanvas pun sudah dilakukan lebih dulu.

Segudang talenta seniman dengan seni gambar di jalan yang dimiliki Indonesia sangat banyak. Dengan sentuhan dan tema yang berbeda-beda saat merealisasikan karyanya di tembok. Adapun pemilihan Le Dania, memang tidak salah untuk menggambar di Jakarta. Namun, kalau masih banyak seniman di Indonesia, kenapa tidak didahulukan saja, bukan begitu, Bung?

Abenk pun juga mengamini hal ini dengan mengatakan, “Kalau menurut gua seniman lokal banyak banget, bahkan sampai yang mengharumkan nama Indonesia. #Kenapakolombia,” ungkap Abenk saat kami tanya via WhatsApp.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top