Lebih Tahu

Ketika Liverpool Tak Merasakan Salah Ketika Memiliki Salah

Siapa yang bilang Liverpool mengambil keputusan salah ketika membuang Philippe Coutinho ke Barcelona, dan kemudian memanfaatkan insting tajam Mohamed Salah? Tidak ada yang menyangkal dan tak ada satupun yang mengacungkan jari untuk mengatakan salah. Bayangkan saja dari 36 laga yang telah di mainkan, apakah Bung bisa menebak berapa jumlah gol yang berhasil dikoleksi Salah? 30 gol Bung. Tentu bukan torehan yang biasa. Justru ini torehan luar biasa. Salah sangat produktif di bawah asuhan Jurgen Klopp saat ini.

Kehilangan Philipe Coutinho memang mendatangkan duka bagi fans setia The Kopites. Ya sudahlah Bung, iklhaskan saja, toh Salah sekarang bisa menggantikan posisinya. Gocekan, lesatan, sekaligus passing tajam dapat membuat Bung (yang pendukung Liverpool) bisa berbahagia. Toh kapan lagi Bung mempunyai pemain bertaji bernama Salah tapi ia selalu melakukan sebaliknya (dibaca: benar) di setiap laga.

AS Roma Harusnya Sedih Dan Tak Ikhlas Karena Melepas Serigala Yang Dapat Merubah Nasib Ibu Kota Italia

Sumber : Goal.com

AS Roma seharusnya bersedih lantaran telah melepas serigala ke Liverpool dengan nilai 39 juta paunsterling. Padahal Salah juga tak jelek-jelek amat selama berkostum A.S Roma, ia pernah dipinjamkan dari Chelsea ke Roma hingga akhirnya dipermanenkan di ibu kota Itali tersebut. Selama 3 tahun ia telah mengoleksi 34 gol dari 84 pertandingan di setiap ajang. Jelas itu torehan yang membanggakan karena ia bermain sebagai posisi sayap, tentu tugas utamanya menjadi penyuplai juru gedor AS Roma saat itu, bukan sebagai pencetak gol.

Tetapi apa yang membuat AS Roma melepasnya ke Liverpool adalah suatu kesalahan, lantaran karirnya sekarang tengah  bersinar, seharusnya Roma bisa lebih bersabar dengan membiarkannya dapat beradaptasi dengan iklim sepak bola Italia. Sebab bisa saja Salah membawa Roma mencium kembali scudetto yang terakhir diraihnya tahun 2001 silam. Mungkin.

Salah Bertaji Ketika Berlaga Bersama Liverpool, Tetapi Kenapa Tidak Saat Bergabung Dengan Chelsea?

Sumber : Goal.com

Mohamed Salah sebenarnya sudah akrab dengan iklim sepak bola Inggris yang terkenal dengan permainan cepat atau kick and rush. Mungkin juga itu yang jadi alasan ketika pemain ini berkostum The Reds, tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan gaya permainan ini. Selain itu ia pun juga telah sering melihat pertandingan Liverpool sebelum dikontrak secara resmi. “Saya melihat beberapa pertandingan Liverpool musim lalu. Para pemain menunjukkan 100 persen kemampuan untuk menang,” kata Salah dikutip dari kompas.

Kalau di Chelsea, mantan kapten sekaligus legenda The Blues, Frank Lampard menuturkan penyebab Salah gagal bersinar. Menurut pemain yang dulu bernomor punggung 8 ini, kepindahan Salah terlalu dini meskipun ia punya bakat besar yang tak bisa dielakkan. Selain itu persaingan lini tengah Chelsea pada saat dia pindah di tahun 2014 juga cukup sengit, belum lagi banyak yang berpikir Salah tak dapat bersaing lantaran iklim sepak bola Inggris mengandalkan fisik dan juga postur, sementara Salah memiliki postur yang kecil untuk ukuran pemain Eropa.

“Tidak mudah baginya (Mohamed Salah) untuk bersaing dengan Eden Hazard, Oscar, dan Juan Mata. Selain sulit, dia juga mungkin terlalu muda,” ujar Lampard dikutip dari Bolasport.

Keyakinan Jurgen Klopp Kepada Salah Dibayar Dengan Penampilan Yang Menawan

Sumber : Goal.com

Kedatangan Salah merupakan menjadi hal yang telah lama dirindukan Liverpool, pemain yang dapat berkreasi sekaligus menjadi tumpuan untuk mencetak gol. Jawabannya ada pada diri Mohamed Salah. Kedatangannya pun tidak berjalan mulus begitu saja lantaran ada kisah yang membawanya ke Stadion Anfield Bung. Bung bisa membayangkan Klopp sedang mencoba memberi pembuktian kepada publik Liverpool yang berharap besar kepadanya untuk membawa perubahan.

Terlebih lagi Barcelona yang terus menggoda Coutinho, membuat publik memprediksi jika bintang Brasil tersebut akan pindah. Lantaran sedang sibuk membangun kapal perangnya, Klopp mendapat saran untuk pemain yang sekiranya cocok dan dapat menopang performa Liverpool yang fluktuatif.

“Michael Edward (Direktur Olahraga Klub Liverpool), Dave Fallows, dan Barry Hunter (pemadu bakat), mereka benar-benar berusaha yakinkan saya (Jurgen Klopp), dan katakan bahwa dia adalah solusinya. Ketika anda punya 20 pemain yang bisa saya datangkan, para pemain berbeda, sulit untuk membuat keputusan awal, tapi kami semua yakin (untuk datangkan Salah). Jadi, kami membuat keputusan awal dan benar-benar bisa mendapatkannya,” tandas Klopp dilansir dari situs resmi Liverpool.

Salah Membuat Fans Kegirangan Bahkan Sampai Ingin Berpindah Keyakinan

Sumber : Goal.com

Salah memang fantastis, tidak ada yang salah dengan debutnya. Pemain ini langsung dicintai para fans Liverpool. Bahkan banyak juga Bung fans yang mengutarakan lewat media sosial Twitter kalau Salah membuat dirinya ingin berpindah keyakinan menjadi Islam, sebagai agama yang dipegang teguh oleh Salah. Cuitan itu pun bermunculan bahkan sampai ada video chant atau yel-yel Liverpool yang berbunyi “Salah bikin beberapa gol lagi, Kami akan menjadi muslim”. Nampaknya Salah akan mendapatkan gelimang pahala dari Yang Maha Kuasa apabila hal itu terjadi.

Apakah Liverpool Dapat Mempertahankan Salah?

Sumber : Goal.com

Liverpool memang kerap mendapatkan pemain berbakat Bung, seperti Michael Owen, Fernando Torres, Xabi Alonso, sampai Luis Suarez namun semua pemain yang disebutkan tidak ada yang bertahan lama di Liverpool, terkecuali Steven Gerrard (meskipun tidak juga pensiun di Liverpool).

Apa lagi jika Salah kian bersinar, bisa saja beberapa klub besar di Itali, Perancis, Spanyol, bahkan Inggris sendiri bakal menggodanya. Hal ini biasanya bermula dari ambisi pemain untuk menjadi juara di Liga Lokal bahkan Eropa, apabila ambisi tak tercapai pemain bakal pindah ke klub lain yang dapat melancarkan ambisinya. Lantas apakah Liverpool bisa menyalurkan ambisi para pemainnya?

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Tahu

Richarlison, Tumbuh di Lingkungan Penjahat Namun Karir Melesat Hebat

Brasil tidak pernah miskin talenta si kulit bundar, setiap tahun pasti tumbuh satu per satu bintang baru salah satunya adalah Richarlison. Pemain kelahiran 10 Mei 1997 ini memang istimewa, karena tidak butuh waktu lama untuk dirinya dikenal dunia. Karirnya terbilang instan, bagaimana tidak, Richarlison hanya membutuhkan dua tahun untuk membuatnya melangkah dari tim Divisi II Brasil tuk menuju Liga Inggris.

Bermain di Premier League merupakan mimpiku sejak kecil. Dan saya masih harus membiasakan diri melihat namaku tercetak di papan skor,” ujarnya

Bahkan saat dirinya bermain untuk Everton, perfoma pun tak surut, justru ia tampil dengan gemilang dengan mencetak gol di setiap pertandingan. Sejauh ini ia layak disebut sebagai bintang brasil, apalagi usianya yang masih terbilang muda yakni 21 tahun. Lantas karir Richarlison yang gemilang seperti sekarang terjadi bukan karena didukung fasilitas yang megah, tapi dibangun dari cerita merana ala rakyat jelata.

Kampung Halaman Kelam, Jadi Pengedar Narkoba Sudah Biasa Didengar

 

Richarlison seperti kami bilang tidak berasal dari lingkungan yang mapan dengan memiliki support system yang baik. Villa Rubia, kampung halaman yang terletak di Nova Venecia  dikenal sebagai salah satu penghasil minyak di Brasil.

Tempat tersebut menjadi tempat di mana ia tumbuh dewasa. Ironisnya tidak semua rekan sebayanya beruntung seperti ia yang sedang menjajaki karir sebagai pesepakbola. Rekannya ada yang bekerja sebagai kuli tambang dan pengendar narkoba, sebuah potret kelam dalam hal mencari nafkah.

Banyak teman sekampung saya terjerumus narkoba, sebagian besar dari mereka masuk penjara. Saya kadang masih berbicara dengan mereka, tapi saya beruntung karena tidak terjerumus hal serupa,” kata Richarlison kepada FourFourTwo 2018 lalu.

Keluarganya pun juga bukan dari keluarga yang baik-baik, di mana orang tuanya bercerai saat ia memasuki usia tujuh tahun. Richar pun pernah hidup dengan ayahnya lalu menetap dengan ibunya di usianya yang ke-10 tahun.

Sebelum Jadi Pemain Bola, Ia Mati-Matian Menghidupi Kelurga

 

Saya terpaksa harus menjual permen dan es krim di jalanan dan bekerja di lapangan untuk membantu kedua orang tua. Saya melakukan itu sebab semua orang melakukan apapun agar mereka bisa mewujudkan mimpi menjadi pesepak bola,” kata Richarlison.

Tingga bersama ibunda di Aguia Branca yang tak jauh dengan Nova Venecia, membuat kehidupan Richarlison semakin sulit. Apalagi ia harus membantu menafkahi empat orang adik, maka pekerjaan apapun dilakoni. Di sela-sela kehidupan yang berjalan miris, hanya sepakbola yang dijdikan hiburan.

Berkat Pemandu Bakat Talenta Richarlison Terasah Sedemikian Hebat

 

Salah satu sosok yang mungkin membuat Richarlison berhutang budi adalah Renato Velasco yang melihat keajaiban dari dirinya saat usia 16 tahun. Pebisnis, Pemandu bakat sekaligus Agen sepakbola ini secara jujur menyaksikan potensi Richarlison dalam beberapa kali latih tanding. Sejak saat itu, ia yang tadinya bergabung dengan akademi lokal, Real Noroeste hijrah ke America Mieneiro.

Saya akan membantumu karena kamu punya potensi,” ungkap Velasco, yang hingga kini menjadi agen.

Belum genap 12 bulan ia berada di akademi, Richarlison langsung dirpomosikan ke skuat senior. Setahun berikutnya, tepat pada tahun 2015 klub tangguh Brasil Fluminense lansgung meminangnya. Dua musim gemilang, mengantarkan ia mulai merambah liga Inggris yang diawali berssama Watford. Sebelum pindah ke Evertor dengan banderol harga sebesar 45 juta euro.

Tak Rela Dibilang Instan Karena Semua Adalah Bagian dari Usaha dan Proses

 

Hanya membutuhkan 5 tahun bekerja sama dengan Velasco, Richarlison disulap langsung jadi pemain bintang. Dan hanya membutuhkan dua tahun untuk melangkah hebat dari Ateletico Mineiro sampai ke Everton. Tak ayal label pemain instan mengarah kepadanya.

Jika yang dibicarakan karier profesional, barangkali ya (instan). Di akademi saya bahkan hanya main 11 pertandingan sebelum masuk ke skuat inti. Tapi ada proses panjang yang tak bisa saya jelaskan. Saya rasa itu adalah kerja keras, konsistensi, keyakinan, dan kekuatan mental untuk melewati cobaan berat,” tuturnya.

Komitmen Richarlison adalah penolakan, yakni menolak menyerah dan putus asa. Semua orang melihat dari sisi berlawanan, yakni di mana ia berhasil ke merantau ke beberapa klub besar.  Namun, jauh sebelum itu Richarlison adalah orang yang kerap gagal. Bahkan secara jujur ia telah berulangkali menjalani trial dan seluruhnya gagal.

Saya tidak punya jari yang cukup untuk menghitung siapa saja yang menolak saya. Di titik itu saya nyaris menyerah dan berhenti dari sepakbola,”

Paling Dinantikan, Membawa Brasil Menuju Juara

 

Meskipun bersinar di klub, sebagaimana yang namanya pemain sepakbola pasti menginginkan berada di skuat utama tim nasional. Membawa nama negara harum di kancah internasional adalah hal yang membanggakan bahkan layak disebut pahlawan olahraga. Namun itu semua tak terwujud kalau pemain tak masuk dalam daftar skuad tim utama.

Nah, hal ini juga terjadi kepada Richarlison di mana tayangan di televisi pada tanggal 17 Mei 2019 lalu sedang mengumumkan daftar pemain untuk Copa America 2019. Keluarga besar Richarlison menyimak dengan seksama di ruang tamu, kondisi semakin hening ketika pemain yang disebutkan sudah berada di urutan paling akhir.

Kemudian Tite, Pelatih Brasil menyebut namanya sebagai pemain ke-19 dan nama yang disebut adalah Richarlison de Andrade, sontak keluarga lompat kegirangan dan langsung memberi selamat kepada Richarlison yang mengenakan seragam basket Lakers.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Tahu

Kisah Jorge Campos yang Lihai Menjadi Kiper, Piawai Menjadi Striker

Di bawah mistar gawang nama kiper berkebangsaan Meksiko ini sangat handal menahan tendangan lawan. Saat berada di depan, ia juga tak kalah sangar menghukum penjaga gawang. Jorge Campos pun masuk dalam ensiklopedi pesepakbola yang berpengaruh di dunia. Meskipun namanya kurang begitu terdengar dibanding kiper veteran lain macam Lev Yashin atau Fabian Barthez.

Bung yang akrab dengan sepakbola era 90-an, di dua edisi Piala Dunia tahun 94 dan 98, nama Jorge Campos berada di bawah mistar gawang tim nasional Meksiko. Sialnya, banyak cerita menarik tentang dirinya yang tidak diketahui publik, apalagi ia merupakan salah satu kiper yang memiliki produktifitas gol cukup banyak hingga sekarang.

Untuk itu, kali ini kami akan mengulasnya.

Campos Membuka Mata Publik Sepak Bola Dengan Melawan Standar Kiper Dunia

 

Olahraga seperti sepakbola tak hanya berbicara masalah skill, tetapi juga membahas soal postur. Saat itu banyak yang berfikiran kalau postur penjaga gawang yang ideal adalah bertubuh tinggi. Dengan alasan dapat lebih mudah menghalau bola yang akan masuk gawang. Hal ini tidak ditemukan dalam tubuh pemain kelahiran 15 Oktober 1966, lantaran ia hanya memiliki tinggi badan 168 cm, yang mana menjadikan ia sebagai kiper terpendek dalam sejarah sepak bola.

Akan tetapi ketidakideal’an tubuh dari Campos ditutupi dengan gerak refleks, lompat sampai kecepatan. Menjadikan ia tak kalah dengan kiper hebat lainnya. Sampai pada tahun 1994 mata dunia pun terbuka, bahwa siapapun bisa menjadi kiper hebat meskipun tidak didukung dengan postur yang ideal, lantaran Jorge Campos menjadi kiper terbaik dunia di tahun tersebut.

Tampilan Eksentrik Menjadi Pembeda di Lapangan Secara Menarik

 

Selain karena kemampuan yang dimiliki Campos membuatnya jadi seorang pesepakbola yang apik. Di satu sisi, tampilan Campos adalah hal yang sangat amat melekat kepadanya. Pasalnya, kiper ini sering kali membawa jersey sendiri dengan warna-warna terang dan relatif mencolok di lapangan.

Wajar apabila publik, sangat ingat akan dirinya lantaran jarang pemain yang memakai jersey dengan warna eksentrik di era 90-an kecuali dirinya. Belum lagi ia yang bertubuh pendek memakai jersey berbahan panjang atau gombrong. Makin membuatnya terlihat menarik.

Ketika Dikontrak Sebagai Pelapis Kiper Utama, Campos Minta Diturunkan Jadi Ujung Tombak Saja

 

Meskipun lebih dikenal sebagai penjaga gawang, namun nama Jorge Campos ternyata mengawali karirnya sebagai striker. Hal ini terjadi kala ia membela Pumas UNAM sebuah klub di Meksiko pada tahun 1989. Secara kontrak, ia memang dipakai jasanya untuk menjadi penjaga gawang. Akan tetapi Pumas sudah memiliki kiper inti bernama Adolfo Rios, membuat Campos menjadi pelapis kala itu.

Namun ia meminta permintaan cukup menarik kepada sang pelatih untuk diturunkan sebagai striker. Alhasil di musim pertamanya, Campos menjalani karir sebagai striker dengan mencetak 14 gol. Cukup produktif sebagai seorang ujung tombak. Meskipun gemilang sebagai ujung tombak, di musim kedua ia mulai mendapat kepercayaan pelatih dengan diturunkan sebagai penjaga gawang. Sekaligus berhasil menjadi jawara liga Meksiko saat itu di musim 1990/91.

Bahkan Campos Sering Dimainkan Sebagai Striker Pengganti Di Salah Satu Klub

 

Pada tahun 1997, Jorge Campos memperkuat tim Meksiko lainnya, bernama Cruz Azul. Namun di sini, Campos lebih sering dipaksa turun sebagai striker pengganti! Karena tim tersebut sudah mempunyai kiper andalan bernama Oscar Perez. Alhasil selama periode tersebut ia pun jarang dilihat di bawah mistar gawang Cruz Azul, melainkan berada di lini depan. Meskipun begitu kontribusinya membawakan sebuah trophy liga untuk tim tersebut.

Kepiawaian Campos berada di lini depan memang tak bisa diremehkan. Pemain ini menciptakan beberapa gol lewat permainan di ruang terbuka, tidak hanya mengandalkan tendangan bebas atau penalti. Bahkan saat menjadi penjaga gawang pun ia sempat membantu lini depan dengan keluar dari sarang, apabila tim membutuhkan gol. Total 38 gol sudah dicetak oleh Campos, menjadikannya sebagai salah satu kiper yang produktif dalam sejarah sepakbola.

Dan Menjadi Pemain Pertama Meksiko yang Disodorkan Kontrak Oleh Nike

 

Bakat sertai keahlian Campos dalam menghalau serangan, serta pakaian yang mencolok menjadikan El Brody, julukan campos, membuatnya semakin terkenal. Popularitasnya pun semakin menanjak setelah ia bermain di dua klub Amerika Serikat atau MLS, LA Galaxy dan Chicago Fire. Lewat karir yang dibangun tersebut, popularitas Campos melonjak naik setelah dipilih sebagai penjaga gawang untuk iklan Nike : Good vs Evil pada 1994.

Dalam iklan tersebut, ia pun disejajarkan dengan pemain kelas dunia lainnya seperti Paolo Maldini, Eric Cantona, Luis Figo, Patrick Kluivert, dan Ronaldo.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Keren

Ramos Bakal Hengkang Setelah Florentino Perez Berkata “Memalukan” di Ruang Ganti Usai Kekalahan

Real madrid sudah dipastikan hampa gelar musim ini. Terpaut 12 poin dari Barcelona di La Liga, tersisih dari Copa Del Rey oleh Barcelona dan terakhir didepak Ajax di kandang sendiri dengan skor mencolok 1-4. Perihal kekalahan oleh Ajax, membuat kondisi ruang ganti memanas. Sergio Ramos pun terlibat adu mulu dengan Presiden Florentino Perez.

Florentino Perez marah besar setelah melihat performa timnya yang terpuruk. Saat memasuki ruang ganti, ia berkata “Memalukan”. Selaku kapten dan pemain paling senior, ia tidak suka dengan cara yang diperlihatkan Florentino Perez. Pertengkaran hebat tak terhindarkan seperti dilaporkan media eropa macam AS, El Pais dan ABC.

Perez pun mengancam akan mendepak Ramos dari tim inti secepatnya. Tak bergeming, Ramos justru menantang balik dengan berkata , “Bayar dulu kontrak saya dan saya akan pergi“, ujarnya seperti dikutip AS.

Saya sudah mengorbankan segalanya termasuk punggung saya untuk lambang ini, klub ini, dan juga Anda,” sambungnya.

Andaikan kepergian Ramos terjadi. Tentu ini akan membuat permainan Madrid khususnya di lini belakang tak seimbang. Karena ia adalah sosok penting di klub yang sudah 13 kali juara Liga Champions. Bahkan, Marcelo juga terancam ingin pergi setelah jarang mendapat jatah bermain musim ini.

Sang raja eropa turun tahta, Real Madrid tak lagi bertenaga. Tim ibu kota Spanyol ini sedang kacau balau bung!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top