Entertainment

Kenapa The Raid 2: Berandal Tak Sesukses Prediksi Semula?

foto the raid 2

Banyak pihak memprediksi The Raid 2: Berandal akan meraih sukses besar. Rumusannya sederhana, daya pikat yang dimiliki The Raid 1: Serbuan Maut ditambah dengan dukungan dana besar untuk penggarapan film kedua.

Perbandingan soal dana ini memang sangat kontras. The Raid pertama dibuat dengan budget sekitar 10 miliar rupiah. Sementara sekuel yang kedua digarap dengan menghabiskan dana sekurangnya 40 miliar rupiah.

Apalagi Sony Pictures Classic yang menjadi salah satu distributor film tersebut berkomitmen untuk membawa The Raid 2 ke tingkat yang lebih serius. The Raid 1 kala itu hanya diputar di 24 bioskop di seluruh Amerika. Sementara untuk Berandal, Sony Pictures Classic berani berjudi dengan membawanya ke 954 layar bioskop.

Hasilnya? Kurang Menggembirakan. Di minggu awal, film besutan Gareth Evan ini memang sempat mengejutkan dengan menduduki posisi sebelas perolehan Box Office. Namun sayang trend ini tidak berlanjut. Bahkan ketika penayangannya diperluas ke banyak bioskop, dampaknya justru sepi penonton.

Seperti dilaporkan Forbes, kemungkinan film yang dibintangi Iko Uwais ini tidak akan mencapai pendapatan hingga 50 miliar rupiah. Bisa jadi hanya setara dengan The Raid 1 dengan total pendapatan kurang lebih serupa namun dengan budget produksi jauh dibawahnya. Sebagai catatan secara total film generasi pertamanya ini memperoleh pendapatan total di seluruh negara hingga US$9,1 juta.

Lantas apa yang salah? Kenapa hal diluar prediksi ini bisa terjadi? Bahkan Forbes, sesaat sebelum The Raid 2 di luncurankan, masih begitu yakin akan kesuksesan film ini.

the raid 2 review image

Kurangnya Belanja Iklan Film

Bisa jadi inilah alasan utama yang dengan mudah bisa kita sebut. Sony Pictures Classic memang sudah cukup berani memperluas jangkauan film ini hingga ke banyak Bioskop. Namun sayangnya Keagresifan ini tidak didukung dengan skema marketing yang mumpuni. Tidak ada belanja iklan di waktu-waktu prime time.

Belanja iklan ini sangat krusial mengingat jangkauan penayangan film yang juga dibintangi Julie Estelle ini tak cuma di kota besar. Informasi soal film yang sedang tayang, biasanya didapat masyarakat non perkotaan dari iklan di televisi dan radio.

Apalagi peluncuran The Raid 2 sangat berdekatan dengan film action kesayangan negeri paman sam, Captain America. Dengan budget berkali-kali lipat dalam marketing, tentunya dengan mudah sang Kapten bisa melahap pasar Iko Uwais dkk yang juga bernuansa action.

Cerita Yang Terlalu Hollywood

Publik internasional dibuat terkejut ketika The Raid Serbuan Maut muncul. Film itu seolah menawarkan resep baru dalam film-film action. Menurut Gareth Evans ia membuat The Raid pertama dengan genre horor suspense dengan silat sebagai laganya.

Kala itu, Iko Uwais sebagai tokoh utama digambarkan dekat dengan kondisi nyata. Selayaknya film-film laris lainnya, The raid memiliki unsur jaminan sukses yang diistilahkan dengan “Undeserved Misfortune”.

Ini adalah kondisi dimana tokoh utamanya harus, terpaksa dan tak punya pilihan kecuali berada dalam situasi kemalangan tersebut. Peran Iko adalah sebagai serdadu yang menyerbu masuk ke dalam gedung dan kemudian harus bertempur untuk bisa keluar dari sana. Ia tak punya pilihan lain, mengingat keberadaannya tak diketahui siapapun, nyaris seluruh kawannya mati, jalan keluarnya dipenuhi penjahat.

Alur cerita berbeda dipakai dalam The Raid 2 Berandal. Masih menurut Gareth Evans, film ini dimasukannya dalam genre yang berbeda. Tidak lagi bernuansa suspense, film ini masuk kategori gangster movie.

Kondisi “Undeserved Misfortune” pun tak terawat dengan baik di film yang kedua ini. Berulang kali Iko Uwais punya pilihan untuk keluar dari pusaran aksi-aksi sepanjang film itu. Bahkan diawal film pun ia memilih dan bukan terpaksa untuk menjalani semua aksi. Sampai di akhir film ia memilih menyerbu masuk sendirian ke markas besar sang musuh.

Model cerita macam ini sudah jadi santapan umum di kalangan internasional, khususnya Amerika Serikat. Sebut saja mulai dari film-film macam Rambo First Blood, Mission Imposible, James Bond sampai film baru Avenger, Iron Man, Captain America, Batman, Superman dan film sejenis.

Tokoh utamanya selalu bersikap super hero. Pahlawan ini secara jantan dan sendirian berusaha menyelamatkan dunia. Kebaikan hati dan integritas yang membuat tokoh-tokoh khas ini memilih memberantas kejahatan dan bukan karena kondisi keterpaksaan.

Dengan berkaca pada model dan ramuan umum ini, rasanya The Raid 2 hanya menjadi penghias, ditengah film-film berbudget raksasa tersebut. Publik tak lagi dikejutkan dengan unsur cerita yang berbeda tadi. Ujungnya? Daya tarik berkurang. Dan model cerita dengan dialog yang agak panjang ini tentunya punya masalah kendala bahasa. Film berbahasa asing terakhir yang sukses hanya muncul 14 tahun yang lalu lewat Crouching Tiger Hidden Dragon.

Karakter Antagonis (yang lagi-lagi) terlalu Hollywood

Ketika di The Raid 1 Serbuan Maut, seluruh penjahatnya digambarkan natural. Kebrutalan terasa dekat dengan kondisi yang nyata. Tidak ada tokoh-tokoh jahat ajaib. Karakter, senjata semuanya apa adanya.

Sementara The Raid 2 Berandal memiliki tokoh antagonis yang berbeda dengan sebelumnya. Simak saja bagaimana Prakoso sebagai pembunuh bayaran tampil tak taktis dengan menenteng golok besar sepanjang jalan. Atau tokoh Hammer Girl yang diperankan Julie Estelle karena ia membawa martil kemana-mana. Belum lagi ada Baseball Bat Man yang bersenjatakan stik baseball, dan sesekali menyerang musuhnya dengan bola.

tokoh antagonis the raid 2

Lagi-lagi ini bukan kejutan untuk publik Internasional. Musuh-musuh dengan gimick unik ini sudah banyak bertebarann di film-film super hero hollywood. Bahkan film silat hongkong juga memakai rumusan yang sama.Karakter, senjata, serta perilaku penjahatnya merupakan buatan.

Bisa ditebak The Raid 2 Berandal jadi tak memberikan kejutan. Bukan tak mungkin film ini menjadi kurang “greget” karena unsurnya yang tak beda dari film Hollywood layaknya.

Click to comment

0 Comments

  1. arif

    July 18, 2014 at 12:53 am

    iyaa mass,,, benar banget.. apa lagi dialog yg terlalu lama dan kelihatan monoton-_- saya kecewa,,, ane pkir akan lebih bgus dan mndapatkn award lagi 🙂

  2. ullala

    March 27, 2015 at 11:44 pm

    the raid 1 nembus 900an layar juga kok di US…

    ya memang plotnya kurang greget dan udah banyak film kayak gini ceritanya..
    but bagi gua positifnya standart kualitas dr para pecinta act movies udah ningkat setelah adanya the raid 1 and dwilogy…

    hmm.. mungkin gareth evans msh kurang jam terbang kali ya, tp karyanya sekelas the raid 2 udah wow banget sangat wowlah.. 🙂

  3. ullala

    March 27, 2015 at 11:45 pm

    dari segi koreo maksudnya udah ningkat ekspetasinya buat para pecinta genre ini.

  4. Azka

    October 14, 2016 at 10:36 pm

    Kalian tak lihat spenuhnya apa yg di raih dari film the raid 2..penghargaan di dpt di mana2 antusias penonton di seluruh negara ..terbukti film ini sukses dari sebelumnya

Leave a Reply

Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top