Lebih Baik

Begini Cara Pria Menghadapi Calon Mertuanya!

calon mertua

Harus diakui tidak mudah bertemu dengan calon mertua untuk pertama kalinya. Pengalaman ini bisa sangat menegangkan, pasalnya ini saat dimana kita dinilai layak atau tidaknya melanjutkan ke hubungan yang lebih serius.

Permasalahannya bertambah rumit ketika yang kita temui adalah calon ayah mertua. Karena walau bagaimapun laki-laki yang akan kita hadapi ini sudah sekian tahun lamanya bertanggung jawab terhadap kehidupan wanita yang kini jadi pasangan kita. Sikap kompetitif sesama pria tentang siapa yang lebih baik juga sedikit banyak akan muncul.

Jangan heran jika target utamanya, meski calon ayah mertua itu belum bisa langsung jatuh cinta pada kita, setidaknya kita bisa mendapatkan “rasa hormat” darinya. Itu kenapa kita perlu memperhatikan beberapa hal dalam menghadapi situasi ini.

Pertama, coba arahkan perbicangan dengan calon mertua kepada kelebihan yang menjadi titik terkuat kita. Usahakan orang yang baru kita kenal ini mengetahui hal apa yang kita kuasai dan senangi. Tunjukan pada calon mertua bahwa kita bisa melakukan sesuatu di suatu bidang yang kita kuasai. Namun hati-hati, berbicara tentang apa yang kita kuasai dan senangi itu tidak sama dengan menyombongkan diri.

Belajarlah teknik persuasi yang baik baru kemudian mengajaknya masuk ke dalam dunia kita. Ambil contoh jika kita suka traveling dengan gaya backpacker. Dengan intonasi dan pemilihan waktu yang tepat, kita bisa menunjukan bahwa kita adalah pribadi yang mandiri dan tidak dimanja dengan fasilitas. Sekali lagi, hati-hati terjebak pada kesombongan yang berlebihan.

Kedua, jangan terpancing situasi yang disodorkan calon mertua. Bisa jadi, ada satu dua situasi dimana calon ayah mertua kita akan membuka perbincangan yang bernada provokasi. Ini wajar, mengingat sebelumnya sudah disebutkan ada unsur kompetisi antara sesama laki-laki disini.

Ia pasti tidak mau dikalahkan dengan mudah begitu saja dengan kita yang berusia lebih muda. Misalnya ia juga akan ikut membicarakan tentang prestasinya dengan pengalaman yang lebih banyak. Atau bisa saja ia mengajak diskusi situasi sosial politik terkini untuk menunjukan kelebihan cara berpikirnya.

Ketika ini terjadi, saatnya kita yang menurunkan level kompetisi. Jangan terprovokasi berlebihan ingin menunjukan bahwa kita punya pemikiran lebih baik darinya. Dengarkan dengan baik dan pahami poin yang ingin disampaikannya. Dengan tidak terpancing emosi, secara otomatis kita sudah menunjukan tingkat kedewasaan yang matang.

Ketiga, tunjukan pada calon mertua, ambisi kita terhadap rencana masa depan. Jangan terlalu minder kalau kita belum datang dengan mobil Ferrari atau Lamborghini. Jauh lebih penting jika kita bisa menunjukan blue print tentang apa yang akan kita lakukan nantinya. Dari rencana ini mereka akan bisa mengukur bagaimana kehidupan anaknya jika bersanding dengan kita kelak.

[quote] Jangan terlalu minder kalau kita belum datang dengan mobil Ferarri atau Lamborghini[/quote]

Tapi ingat, jangan percaya diri berlebihan apalagi membanggakan diri. Cara paling mudah adalah dengan melibatkan mereka dalam perencanaan itu. Misalnya jika kita punya rencana untuk punya usaha sendiri sementara calon ayah mertua kita adalah entrepreneur sukes, tidak ada salahnya khan berbincang tentang kelemahan yang mungkin ada pada rencana itu.

calon mertua

Kempat, jangan bersikap sok akrab! Okay, taruhlah bahwa strategi di atas membuat kita disenangi dan diterima. Calon mertua juga ingin bertemu untuk kedua kalinya. Tapi bukan berarti kita bisa langsung memperlakukan mereka seperti orang tua sendiri. Jangan langsung menjahili mereka seperti kita iseng kepada ayah ibu kita sendiri. Semua tetap ada batasnya!

Kelima, pahami juga pola tata krama keluarga besarnya! Khususnya di Indonesia yang multi kultur, banyak hal yang perlu kita pelajari. Mulai dari cara berjabat tangan, menyapa hingga topik-topik sensitif berbeda di tiap latar belakang budayanya. Tetap ikuti patokan umum ini meski sudah merasa dekat dengan keluarganya.

Paling utama, jangan terburu memanggil mereka dengan sebutan “ayah, bapak, daddy” atau sejenisnya! Memangnya kita siapa? Ingatlah, bukan cuma kita yang merasa kesulitan menjalin hubungan baru dengan pria asing ini. Dia pun juga mengalami kesulitan yang sama. Respect!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top